News Update

Pelemahan Rupiah Mulai Berdampak ke Pasar Obligasi

Jakarta – Masih berlanjutnya pelemahan Rupiah mulai mengganggu ritme perdagangan pasar obligasi dalam negeri. Alhasil, laju pasar obligasi pun cenderung bergerak turun seiring mulai adanya aksi jual.

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada mengatakan, pelemahan beberapa seri obligasi kembali terjadi meski belum cukup membuka potensi pelemahan lebih lanjut.

“Pergerakan imbal hasil obligas AS yang naik tipis cukup direspon datar oleh pelaku pasar,” kata Reza di Jakarta, Kamis, 12 Juli 2018.

Di pasar obligasi, Reza menuturkan, untuk tenor pendek (1-4 tahun) imbal hasilnya rata-rata turun 0,62 bps, tenor menengah (5-7 tahun) naik 3,38 bps, dan panjang (8-30 tahun) turun 3,59 bps.

Pada FR0063 yang memiliki waktu jatuh tempo ±5 tahun dengan harga 92,95% memiliki imbal hasil 7,38% atau naik 0,14 bps dari sebelumnya di harga 93,48% memiliki imbal hasil 7,24%.

Untuk FR0075 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 95,65% memiliki imbal hasil 7,94% atau naik 0,06 bps dari sehari sebelumnya di harga 96,26% memiliki imbal hasil 7,87%.

Baca juga: Usai Kenaikan Suku Bunga, Gubernur BI Optimis Rupiah Menguat

Pada perdagangan Rabu kemarin, rata-rata harga obligasi Pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun 0,39 bps di level 111,49 dari sebelumnya di level 111,93.

Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun 0,03 bps di level 106,03 dari sebelumnya di level 106,06.

Disisi lain pergerakan imbal hasil SUN 10Yr berada di level 7,52% dari sebelumnya di level 7,35% dan US Government bond 10Yr di level 2,86% dari sebelumnya di level 2,870% sehingga spread di level kisaran 466,2 bps lebih tinggi dari sebelumnya 448,3 bps.

Sedangkan pada laju imbal hasil obligasi korporasi, pergerakannya cenderung variatif turun tipis.

Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana imbal hasil untuk tenor 9-10 bergerak naik di kisaran level 9,15%-9,20%. Pada rating AA dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 9,95%-9,97%. Pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,00%-11,02%, dan pada rating BBB di kisaran 13,50%-13,80%.

Meski penurunan yang terjadi belum terlalu besar namun, jika tidak diantisipasi dapat membuka peluang pelemahan kembali. Apalagi jika laju Rupiah masih kembali melemah maka pergerakan pasar obligasi pun dapat kembali melemah. Diharapkan pergerakan Rupiah dapat lebih positif dan aksi jual dapat berkurang untuk memberikan dampak positif pada pergerakan pasar obligasi dalam negeri.

“Tetap cermati dan waspadai jika masih adanya berbagai sentimen yang dapat membuat laju pasar obligasi kembali melemah,” jelas Reza. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Konsumsi Meningkat, Rata-Rata Orang Indonesia Habiskan Rp12,3 Juta di 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More

2 hours ago

Laba Bank DBS Indonesia Turun 11,49 Persen jadi Rp1,29 Triliun di Triwulan III 2024

Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More

3 hours ago

Resmi Diberhentikan dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Saya Terima dengan Profesional

Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More

4 hours ago

IHSG Ditutup Bertahan di Zona Merah 0,74 Persen ke Level 7.161

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More

4 hours ago

Naik 4 Persen, Prudential Indonesia Bayar Klaim Rp13,6 Triliun per Kuartal III-2024

Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More

5 hours ago

Kebebasan Finansial di Usia Muda: Tantangan dan Strategi bagi Gen-Z

Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More

6 hours ago