Jakarta–Pemerintah telah berhasil menyerap penjualan surat utang ritel, Obligasi Ritel (ORI) Seri 012 mencapai Rp27,4 triliun atau sudah melebihi target pemerintah yang sebesar Rp20 triliun dengan 45.298 investor yang tersebar di 34 provinsi.
Menurut Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting, pemesan terbanyak ORI 012 berasal dari kalangan pegawai swasta sebesar 25,24% dari total target pemesanan. Kemudian wiraswasta 21,36% dan ibu rumah tangga 11,30%.
“Lalu pegawai otoritas /lembaga/BUMN/BUMD 8,37%, PNS 7,85%, profesional 5,12%, pensiunan 2,46%, Pelajar/Mahasiswa 1,09%, TNI Polri 1,09%, pekerja seni 0,01% dan lainnya 16,08%,” ujar Loto di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 19 Oktober 2015.
Kedepan, kata dia, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi mulai dari masyarakat hingga kepada artis ibu kota. Pasalnya, pembelian ORI 012 merupakan salah satu investasi yang sangat menguntungkan dengan penawaran kupon atau bunga sebesar 9%.
“Sepertinya, mungkin kita harus lebih sering sosialisasi dengan artis. Kita telah mengidentifikasi beberapa profesi baru. Seperti profesional dan pekerja seni, cuma memang pekerja seni kan baru 0,01%,” tukasnya.
Berdasarkan datanya jumlah pemesanan ORI 012 terbesar yakni pada rentang Rp100-500 juta sebbanyak 36,7%. Kemudian kelompok umur pemesan dengan usia di atas 40 tahun mencapai 35.396 pemesan atau 71,48% dengan volume pemesanan Rp21,6 triliun atau 78,9%. (*) Rezkiana Nisaputra
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More