Jakarta – Di tengah tren penurunan penjualan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit link di industri asuransi jiwa, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) justru meluncurkan produk terbarunya, Manulife Dynamic Smart Assurance (MDSA). Langkah ini mencerminkan keyakinan Manulife terhadap relevansi PAYDI sebagai solusi keuangan jangka panjang di tengah ketidakpastian ekonomi.
Menurut General Manager Agency Manulife Indonesia, William Satriadi Soetrisno, peluncuran MDSA bukan semata strategi penjualan, melainkan hasil penyesuaian terhadap kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini.
“Kalau dari Manulife, kami melihat produk itu harus sesuai dengan situasi juga. Jadi ketika penjualan unit link menurun, yang kami evaluasi adalah apakah produk yang ada sudah benar-benar dirancang sesuai dengan situasi sekarang. MDSA ini kami hadirkan karena relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan nasabah saat ini,” jelas William dalam acara peluncuran MDSA di Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025.
Baca juga: Survei Manulife: Banyak Pensiunan di RI Masih Bergantung pada Keluarga
Produk MDSA menggabungkan perlindungan jiwa jangka panjang dengan potensi pertumbuhan aset melalui portofolio investasi yang dikelola secara profesional. William menegaskan bahwa PAYDI masih memiliki peran penting dalam perencanaan keuangan masyarakat.
“Ke depan, unit link atau PAYDI akan selalu menjadi salah satu solusi. Di banyak negara maju, produk unit link dan produk tradisional berjalan berdampingan,” ujarnya.
William menambahkan, strategi Manulife tidak berorientasi pada penjualan semata, tetapi pada kesesuaian produk dengan kebutuhan nasabah.
“Kami tidak pernah menargetkan harus menjual lebih banyak unit link atau lebih banyak produk tradisional. Prinsipnya, kami menjual sesuai kebutuhan nasabah dan kondisi ekonomi,” tutur William.
Baca juga: OJK Proyeksikan Asuransi PAYDI Bisa Tumbuh 5 Persen, Ini Pendorongnya
Untuk memperkuat strategi tersebut, Manulife menggandeng PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) sebagai mitra pengelolaan investasi. MAMI dikenal sebagai salah satu manajer investasi terbesar di Indonesia yang mengedepankan transparansi dan pengelolaan aktif.
Chief Economist and Investment Specialist MAMI, Katarina Setiawan menilai kondisi ekonomi global saat ini memang penuh tantangan, tetapi tetap memberikan peluang bagi investor yang menerapkan strategi diversifikasi.
“Momentum pertumbuhan ekonomi global masih dibayangi ketegangan geopolitik dan tarif dagang. Tapi dengan penurunan suku bunga AS dan nilai tukar USD yang lebih akomodatif, ada potensi aliran dana ke negara berkembang seperti Indonesia,” ungkap Katarina.
Baca juga: MAMI Ungkap 49 Persen Aset Warga RI Tabungan Konvensional
Ia juga melihat kebijakan domestik akan mendukung daya beli dan likuiditas pasar, yang menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Dalam situasi seperti sekarang, diversifikasi dan pengelolaan aktif bukan sekadar strategi, tapi kebutuhan. Portofolio yang terdiversifikasi membantu meredam volatilitas, sementara pengelolaan aktif memungkinkan investor merespons cepat terhadap perubahan pasar,” tambahnya. (*) Alfi Salima Puteri
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More