Jakarta – Analis Riset ForexTime, Lukman Otunuga mengungkapkan harga minyak meroket ke level tertinggi beberapa tahun pada pekan trading terakhir Q3, karena risiko geopolitik memicu kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan.
Sejumlah tweet Donald Trump yang mengecam OPEC, sanksi AS terhadap Iran, dan kebijakan dagang proteksionisme menjadikannya penentu penting di pasar minyak pada kuartal ketiga.
Sebagai upaya untuk menurunkan harga minyak menjelang pemilu paruh waktu AS, Trump pun akhirnya coba mendorong OPEC untuk meningkatkan produksi.
“Namun penolakan OPEC terhadap permintaan Trump ini mengakibatkan reli harga Brent ke level yang tak pernah tersentuh sejak November 2014. OPEC dan Rusia tidak akan meningkatkan produksi minyak dalam waktu dekat dan menyatakan bahwa pasar masih “seimbang”, sehingga prospek minyak di waktu dekat tetap mengarah ke atas,” kata Lukman di Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.
Ia mengungkapkan, ada konsensus yang semakin meningkat bahwa pasar minyak dapat semakin menyempit mendekati akhir 2018.
Gangguan pasokan yang berkelanjutan di Libya, penurunan produksi Venezuela, dan sanksi AS terhadap Iran memicu ketidakpastian prospek pasokan global.
Persediaan minyak mentah AS pun merosot ke level terendah sejak 2015, dan pasar diprediksi akan kehilangan sekitar 1,7 juta bpd minyak mentah Iran pada bulan November.
Walaupun Arab Saudi dan Rusia memberi isyarat tidak keberatan untuk meningkatkan produksi jika perlu, ketersediaan kapasitas tambahan yang terbatas untuk menggantikan produksi Iran, tetap menjadi sumber kekhawatiran yang besar.
“Jika ekspor Venezuela dan Iran terus turun pada kuartal trading terakhir 2018, maka harga Brent dapat menyerang $90 atau lebih di akhir tahun,” pungkasnya.
Ia melanjutkan, keadaan jelas mengarah pada kenaikan harga minyak di jangka pendek dan menengah, terutama jika tidak ada upaya untuk menutup kekosongan pasokan yang akan terjadi di bulan November saat sanksi AS berlaku terhadap Iran.
Walau begitu, ia menambahkan dari sisi permintaan, masih ada peluang bagi bears untuk kembali muncul di jangka lebih panjang. Situasi dagang yang semakin tegang dapat menjadi ancaman besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas global.
“Apabila perang dagang benar-benar meledak antara dua ekonomi terbesar dunia, maka pertumbuhan global akan terkena dampak negatif dan permintaan minyak mentah pun akan terpengaruh,” jelasnya.
Melihat hal itu, ia mengungkapkan Investor perlu bersiap menghadapi potensi volatilitas pasar minyak menjelang pemilu paruh waktu AS.
Kenaikan harga minyak global adalah berita buruk bagi konsumen AS, sehingga Presiden Trump mungkin kembali menyerang OPEC untuk mengupayakan penurunan harga minyak.
Intervensi verbal seperti ini dapat memicu volatilitas, terutama apabila Arab Saudi dan Rusia mengabaikan tuntutan Trump dan tidak mengubah produksi.
Ia pun memprediksi dari aspek teknikal, minyak mentah WTI sangat bullish di kerangka waktu harian, mingguan, dan bulanan. Breakout mingguan di atas $70.00 memastikan keadaan bullish dengan level target berikutnya $74.00 dan $80.00. Trader mingguan dapat membidik $75.00 begitu level $73.60 terlampaui.
“Secara harian, WTI tetap mengalami tren naik dengan level support $70.00. Terdapat level tertinggi yang konsisten lebih tinggi (HH) serta level terendah yang lebih tinggi (HL) sedangkan MACD juga mengarah ke atas. Breakout di atas $73.60 dapat memicu kenaikan menuju $77.90 dan kemudian $80.00. Minyak tetap sangat terdukung oleh sejumlah faktor risiko geopolitik dan teknikal yang mengarah semakin ke atas, sehingga bulls tetap memegang kendali penuh,” tutupnya. (*)
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More