Jakarta – PT Ciptadana Sekuritas Asia menyatakan belum akan berperan sebagai liquidity provider dalam waktu dekat, meski secara modal dinilai cukup kuat. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi adaptasi setelah diakuisisi oleh Hanwha Investment & Securities, perusahaan asal Korea Selatan.
“Untuk sementara, kami belum menjadi liquidity provider karena risikonya cukup tinggi. Selain itu, Hanwha sebagai pemegang saham baru juga masih memantau operasional kami secara menyeluruh,” ujar John Herry Teja, President Director Ciptadana Sekuritas Asia, di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.
Dengan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sebesar Rp400 miliar, Ciptadana mengaku mampu melakukan berbagai layanan perdagangan termasuk margin trading. Bahkan, perusahaan masuk dalam jajaran 10 besar dari 55 perusahaan sekuritas di Indonesia dalam hal besaran MKBD.
Baca juga: BEI Resmi Buka Pendaftaran Liquidity Provider Saham, Ini Persyaratannya
“Secara kemampuan, kami bisa. Tapi ini soal strategi jangka panjang dan stabilitas. Kami memberi ruang dulu bagi pengendali baru untuk beradaptasi,” imbuhnya.
John menuturkan, akuisisi Ciptadana oleh Hanwha dinilai sebagai sinyal positif bagi iklim investasi di Indonesia.
“Saya senang karena masih ada investor asing yang percaya pada potensi Indonesia. Artinya, dari luar saja masih yakin dengan prospek pasar kita. Ini harusnya menjadi sumber optimisme,” katanya.
Baca juga: Ciptadana Sekuritas Asia Luncurkan Aplikasi Trading Online PinePick, Simak Fiturnya!
Meski belum agresif sebagai liquidity provider, Ciptadana tetap aktif di sektor investment banking, khususnya dalam pengelolaan penawaran umum saham perdana (IPO) dan penerbitan obligasi.
“Tahun ini kami punya beberapa pipeline, baik untuk saham maupun obligasi. Salah satunya berasal dari sektor kripto. Prosesnya sudah masuk di Bursa Efek Indonesia (IDX),” pungkasnya. (*) Ayu Utami
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More