Pasar Saham Tertekan, MAMI Kasih Solusi Begini

Jakarta – Di tengah perang tarif ‘jilid dua’ dan ketidakpastian kebijakan moneter membuat sentimen pasar finansial di Indonesia. Pasar saham turun tajam, sementara pasar obligasi terlihat resilien.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengungkapkan, tertekannya pasar finansial seperti saham dipengaruhi oleh pelbagai faktor.

Salah satunya, pandangan investor asing untuk mengurangi eksposur investasi di kawasan negara berkembang di tengah iklim penguatan USD, ketidakpastian kondisi geopolitik, serta rilis earnings korporasi domestik yang tidak sesuai ekspektasi. 

Baca juga : MAMI Beberkan Strategi Diversifikasi Kelola Aset Investasi

“Salah satu kunci pemulihan sentimen pasar saham, yakni stabilitas nilai tukar,” katanya, dikutip Kamis, 13 Maret 2025.

Ia menjelaskan, secara historis pasar saham cenderung mencatat kinerja positif pada kondisi nilai tukar rupiah stabil atau menguat, serta kondisi likuiditas melonggar. 

“Kami berharap ini dapat terjadi setelah ‘the dust settles’ ketika pengenaan tarif AS sudah lebih jelas, apalagi jika kemudian juga dibantu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” jelasnya.

Lanjutnya, kondisi tersebut sedikit berbeda terjadi di pasar obligasi. Di tengah dinamika pasar yang masih tinggi, minat investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia menunjukkan perbaikan. 

Baca juga : MAMI: Outlook Pemangkasan BI Rate jadi Potensi Menarik bagi Pasar Obligasi

Hal ini, kata dia, ditopang oleh sinyal dan komunikasi Bank Indonesia (BI) bahwa ruang pemangkasan suku bunga tetap terbuka. Selain itu permintaan untuk SBN diperkirakan dapat membaik seiring dengan tingkat imbal hasil dan penerbitan SRBI yang menurun. 

Sebelumnya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia  (SRBI) menyedot likuiditas dari SBN karena tingkat imbal hasil SRBI yang lebih tinggi. Saat ini imbal hasil SRBI menurun di bawah imbal hasil SBN, maka berpotensi untuk meningkatkan daya tarik SBN kembali.

Namun tidak bisa dipungkiri, risiko tetap ada dipengaruhi dinamika pasar global yang tinggi serta persepsi pasar terhadap kebijakan domestik menjadi faktor yang dapat memengaruhi sentimen pasar. 

“Untuk menyikapi kondisi ini, menurut kami investor harus memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi guna meminimalisir tingkat risiko, namun dapat tetap stay invested di pasar untuk menangkap potensi pembalikan arah di pasar,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

14 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

20 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

21 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

22 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

22 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago