Selama Yield Pemerintah Diatas 6,5%, Pasar Obligasi Masih Menarik
Jakarta – Penerbitan obligasi pada tahun ini diprediksi akan lebih banyak dari tahun lalu. Pasalnya, selain didukung sentimen positif yang datang dari luar maupun dalam negeri, obligasi memberikan imbal hasil menarik.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Management Budi Hikmat mengatakan saat ini market Indonesia cukup banyak terimbas dari sentimen global, lantaran sedikitnya sentimen domestik. Di pasar obligasi, Bahana memproyeksikan, kondisi pasar obligasi Indonesia mulai membaik meski belum signifikan.
“Selama yield obligasi pemerintah di atas 6,5%, investor pasti akan tertarik. Kami juga berharap agar Bank Indonesia tetap menjaga suku bunga BI 7-day Repo Rate pada level 4.25% hingga akhir tahun, -untuk memacu pertumbuhan kredit,” katanya di Jakarta, Rabu, 4 April 2018.
Disisilain, pasar saham Indonesia masih membutuhkan stimulus positif karena melihat koreksi yang sudah cukup dalam.
“IHSG secara teknikal memang sudah terkoreksi cukup dalam. Apakah ini opportunity? Indonesia membutuhkan sentimen domestik positif untuk bisa membangkitkan kembali keyakinan investor asing,” ungkap Budi.
Beberapa stimulus positif yang dinantikan dan dapat menggairahkan pasar kembali diantaranya adalah data fiskal pada bulan Mei, baik penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah.
Hasil pelaporan pajak individu (SPT) pada Maret dan SPT Perusahaan pada April mendatang bisa memberi kepercayaan bagi para investor. Apalagi, penerimaan pajak dari Januari hingga Februari 2018 lalu tumbuh 13,48 persen.
Baca juga: Sebanyak 10 Perusahaan Ajukan Penerbitan Obligasi Hingga Rp15 Triliun
Data ini penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat membiayai percepatan infrastruktur secara lebih mandiri dan mengurangi penerbitan utang.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management, Soni Wibowo, menambahkan laporan keuangan emiten kuartal satu tahun ini juga bisa menjadi katalis positif bagi IHSG.
“Sebagian besar laporan keuangan perusahaan pada kuartal empat lalu masih sesuai dengan ekspektasi analis atau consensus. Maka itu, kami berharap hasil kinerja emiten kuartal satu juga akan tetap terjaga,” terang Soni Wibowo.
Beberapa sektor industri mencatat pertumbuhan kinerja yang sesuai dengan proyeksi analis. Misalnya, sektor pertambangan, terutama batubara dan sektor perbankan.
Akan tetapi, sebagian sektor juga membukukan pertumbuhan di bawah target, seperti sektor telekomunikasi yang memiliki pertumbuhan margin melandai disebabkan kepemilikan telepon yang sudah optimum.
Sektor industri semen juga melambat karena menghadapi persaingan ketat dengan semen impor. Adapun, sektor consumer goods, terutama untuk makanan konsumsi belum begitu menunjukkan kinerja yang baik di kuartal satu.
Ke depan, Bahana TCW Investment Management melihat potensi koreksi terhadap IHSG sedikit membaik dibandingkan kuartal sebelumnya. (*)
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More