Ilustrasi: Pasar obligasi domestik. (Foto: istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Tren penerbitan surat utang korporasi yang solid masih akan berlanjut hingga akhir 2025 dan 2026. Hanya saja, pasar surat utang obligasi masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Apa saja?
Chief Economist Pefindo Suhindarto mengatakan, ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan global masih menjadi salah satu tantangan yang dihadapi prospek surat utang korporasi.
“Utamanya karena perang dagang, kelanjutan pemangkasan suku bunga dan kebijakan anggaran AS. Ini berpotensi menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan yield tertahan untuk turun,” kata Suhindarto, di Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.
Baca juga: Begini Prospek Pasar Obligasi Domestik di Paruh Kedua 2025
Ia menjelaskan, tantangan juga muncul dari sisi resiko geopolitik. Meski, kondisinya mereda, namun gejolak di Timur Tengah dan Eropa Timur belum sepenuhnya mereda. Eskalasi tiba-tiba bisa memicu volatilitas pasar dan permintaan premi yang sangat besar.
Tantangan juga datang dari domestik. Kata Suhindarto, jika melihat outlook defisit fiskal 2025 yang melebar dari Rp616,2 triliun/2,53 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi Rp662,0 triliun/2,78 persen dari PDB berpotensi membuat persaingan pencarian dana masih relatif ketat dan membuat yield benchmark kaku dan turun.
Kemudian, tantangan lainnya dari sisi kebijakan pemerintah. Pasca injeksi dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah kepada perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank menurun.
Baca juga : Rapor Sepekan: IHSG Semringah, Pasar Obligasi dan Rupiah Kian Merana
“Sementara sektor multifinance memiliki Financing to Asset Ratio (FAR) yang relatif lebih stabil. Ini berpotensi menekan nilai penerbitan surat utang korporasi dari industri keuangan,” jelasnya.
Tantangan terakhir adalah substitusi pasar saham. Ia menilai, banyak perusahaan mulai melirik pasar ekuitas untuk menggalang dana.
Hal ini seiring dengan prospek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang lebih baik sehingga mengurangi minat untuk menerbitkan surat utang, terutama oleh perusahaan tercatat,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More
Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More
Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More