Pasar Modal

Pasar Obligasi 2024 Diproyeksi Tetap Kuat, MAMI Beberkan Penopangnya

Jakarta – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memprediksi bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun yang konstruktif bagi pasar obligasi. Ini disebabkan oleh kondisi makroekonomi yang diperkirakan akan suportif.

Director and Chief Investment Officer-Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, mengatakan bahwa kondisi tersebut didukung oleh dua katalis bagi pasar, yaitu inflasi yang terjaga dan potensi pemangkasan suku bunga, di mana tingkat imbal hasil SBN 10 tahun yang masih di kisaran 6,7 persen menjadi entry point yang menarik bagi investor.

Baca juga: Mau Investasi Obligasi, Baiknya Pilih Reksa Dana atau SBN?

“Permintaan pasar obligasi di tahun 2024 diperkirakan masih akan tetap kuat. Faktor penopangnya, yaitu permintaan dari investor domestik, seperti investor
institusi keuangan non-bank, karena adanya kebutuhan reinvestasi dan pemenuhan kewajiban investasi pada SBN,” ucap Ezra dalam Market Outlook 2024 di Jakarta, 18 Januari 2024.

Di lain sisi, permintaan investor asing juga dapat membaik seiring dengan peralihan kebijakan suku bunga global yang lebih akomodatif, di mana MAMI memperkirakan imbal hasil SBN 10 tahun dapat turun ke kisaran 6 hingga 6,25 persen di tahun 2024.

Meski begitu, Ezra menuturkan bahwa, masih ada beberapa faktor risiko yang perlu dicermati dan diantisipasi, yaitu risiko dari tekanan penerbitan obligasi pemerintah, terutama pada paruh pertama 2024. Ini merupakan strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan untuk melakukan lelang lebih banyak pada paruh pertama (front-loading issuance policy).

Baca juga: Obligasi Berkelanjutan Kian Beragam, Apa Saja?

“Kedua, melebarnya selisih yield antara Surat Utang Negara Indonesia dibandingkan dengan yield US Treasury, sehingga membuat pasar Indonesia menjadi kurang menarik. Kondisi ini dapat terjadi apabila pendapatan ekspor Indonesia turun akibat melemahnya harga komoditas global,” imbuhnya.

Adapun, faktor ketiga yang perlu dicermati dan diantisipasi adalah perbedaan ekspektasi pada pemangkasan suku bunga The Fed dan juga risiko ketidakpastian geopolitik. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

4 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

5 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

18 hours ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

19 hours ago

Bijak Manfaatkan Produk Keuangan, Ini Pesan OJK kepada Gen Z

Balikpapan - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica… Read More

19 hours ago

Jurus OJK Perluas Akses Keuangan yang Bertanggung Jawab dan Produktif di Balikpapan

Balikpapan – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin memperluas akses keuangan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan yang… Read More

19 hours ago