Pendalaman pasar keuangan dapat meningkatkan GDP. Ria Martati
Jakarta–Riset Mandiri Institute dan Oliver Wyman memperlihatkan pasar finansial Indonesia relatif masih dangkal dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.
Hal ini terlihat dari jumlah emiten saham di Bursa Efek Indonesia yang mencapai 540 perusahaan, dibandingkan dengan 1.400 perusahaan di Thailand dan 2.360 perusahaan di Malaysia. Sedangkan jumlah emiten obligasi domestik sebanyak 140 perusahaan, dibandingkan dengan 304 emiten di Thailand dan 1.008 di Malaysia.
Sementara itu, tingkat partisipasi investor ritel di pasar keuangan Indonesia baru mencapai 0,2% dari total populasi atau sekitar 450.000 investor. Sedangkan partisipasi investor ritel di India telah mencapai 2% dari total populasi. Hal ini menyebabkan tingkat kontribusi pasar saham Indonesia ke PDB baru mencapai kisaran 49%, dibandingkan dengan Thailand (111%) atau Malaysia (141%), atau India (149%).
Direktur Utama Bank Mandiri yang juga Advisory Board Mandiri Institute Budi G. Sadikin mengatakan, sektor keuangan yang kuat dan dalam sangat dibutuhkan untuk mendukung pencapaian target-target pembangunan serta menciptakan kestabilan perekonomian.
“Indonesia membutuhkan dukungan pembiayaan yang kuat untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur. Kebutuhan itu tidak mungkin hanya dipenuhi oleh sistem perbankan karena keterbatasan dana pihak ketiga. Oleh karena itu, kita perlu membangun infrastruktur pasar keuangan yang memungkinkan adanya kontribusi signifikan kepada pembiayaan pembangunan,” ungkap Budi G. Sadikin dalam Mandiri Institute Financial Deepening seminar dengan tema Financial Deepening in Indonesia: Executing for Growth di Jakarta, Senin, 7 September 2015.
Budi menambahkan, saat ini seluruh pemangku kepentingan perlu menginvestasikan seluruh sumber daya untuk membangun infrastruktur pasar keuangan agar pemerintah mendapatkan alternatif sumber pembiayaan pembangunan, selain dari sektor perbankan maupun pinjaman luar negeri.
“Pembangunan infrastruktur pasar keuangan dapat dilakukan melalui kombinasi kebijakan moneter, publik dan fiskal. Misalnya, relaksasi ataupun deregulasi dalam hal perizinan sehingga dapat mempercepat dan mempermudah proses emisi,” tambah Budi.
Mandiri Institute berkolaborasi dengan lembaga konsultan manajemen global Oliver Wyman menggelar Seminar Internasional tentang Pendalaman Sektor Keuangan untuk meningkatkan dukungan industri keuangan kepada penciptaan kestabilan ekonomi di Indonesia.
Kajian Mandiri Institute juga menilai kelebihan dari pendalaman sektor keuangan yang jika berhasil dilakukan akan meningkatkan GDP menjadi USD 600 miliar pada tahun 2030, dan kenaikan pemasukan per kapita sebesar 15%. (*)
Jakarta - PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) resmi menjual salah satu kepemilikan aset propertinya, yakni… Read More
Jakarta - Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (kode saham: BBNI) menempati posisi penting… Read More
Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menyebutkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai… Read More
Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) menyoroti pentingnya infrastruktur sistem pembayaran digital untuk mendukung transaksi antarnegara (cross-border). … Read More
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (18/11) masih ditutup pada zona… Read More