Jika kebijakan proteksionis AS menjalar ke berbagai belahan dunia, menurutnya hal tersebut akan berdampak pada volume perdagangan global. Ini yang menjadi perhatian BI, sebab perdagangan Indonesia dan negara-negara kawasan regional ASEAN dan Asia akan jauh terkikis.
“Kalau semua melakukan hal yang sama, AS melakukan proteksionis, Eropa melakukan hal yang sama, tentu ini akan berdampak pada volume perdagangan. Dulu katakan misalnya membuat produk bisa melalui supply chain perdagangan menjadi meningkat, dengan hal seperti ini, AS First misalnya, labournya dari dia, penggunaan bahan bakunya dari dia, tentu saja ini perdagangan akan turun. Ini yang mestinya menjadi perhatian kita bersama,” tegasnya.
(Baca juga: Perekonomian Global Belum Sesuai Harapan)
Jika demikian, lanjut dia, maka dalam ke depannya, Indonesia dan negara-negara ASEAN dan Asia harus dapat meningkatkan neraca perdagangannya. Hal tersebut menjadi agenda Indonesia bila negara-negara dunia melakukan proteksionis dari sisi perdagangan.
“Mestinya ke depan (meningkatkan) perdagangan intraregional. Kalau AS melakukan proteksionis yang cukup ketat, artinya di regional Asia ini mestinya perlu ditingkatkan perdagangan intraregional. Ini yang menjadi agenda kita ke depan,” tutup Juda. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More
Jakarta - PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount… Read More
Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More
Labuan Bajo – PT Askrindo sebagai anggota holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi Indonesia Financial… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memperoleh tanda kehormatan tertinggi, yakni “Grand Cross of the Order… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) telah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pada Kamis (14/11).… Read More