Jakarta – Bank Indonesia (BI) meminta industri untuk mempercepat proses konsolidasi perbankan. Hal tersebut bertujuan agar dapat menopang pertumbuhan kredit perbankan, di mana sampai saat ini permintaan (demand) kredit masih menunjukkan perlambatan.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Kamis malam, 19 Oktober 2017 mengungkapkan, pertumbuhan kredit sampai dengan bulan Agustus 2017 masih tumbuh melambat. Kondisi ini lantaran masih terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan perbankan.
“Dari pertumbuhan kredit itu antara 8 persenan artinya tidak begitu tinggi. Kita harapkan Indonesia lebih cepat sektor korporasi dan perbankannya menyelesaikan konsolidasi dan akhirnya ada pertumbuhan kredit yang lebih baik,” ujarnya.
Penyaluran kredit sampai dengan akhir tahun ini, kata dia, hanya akan tumbuh di bawah double digit. Adapun BI sendiri menargetkan proyeksi pertumbuhan kredit direvisi menjadi pada kisaran 8-10 persen.
Masih lambatnya pertumbuhan kredit ini adanya pengaruh dari supply dan demand.
“Yang pengaruh demand mungkin karena banyak perusahaan masih menunggu apakah harga komoditi yang sekarang membaik terus membaik,” ucapnya.
Baca juga : BI Dana Asing Masuk ke RI Sudah Rp130 Triliun
Sementara dari sisi supply, tambah dia, perbankan saat ini tengah menyelesaikan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang meningkat. Sehingga bank-bank melakukan pencadangan yang besar untuk dapat menekan NPL nya di level yang terjaga dan aman.
“Ada bank-bank yang menyelesaikan kecenderungan kredit bermasalahnya yang meningkat. Mereka mau memperbaiki dulu kredit perbankannya. Jadi memang kita harapkan ke depan ini jadi lebih kuat,” paparnya.
Namun demikian, sejauh ini stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang didukung oleh ketahanan industri perbankan dan pasar keuangan yang kuat. Terjaganya stabilitas tersebut tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi pada level 23,1 persen.
Sementara untuk pertumbuhan kredit Agustus 2017 tercatat masih rendah yaitu 8,3 persen (yoy), meskipun membaik dari bulan sebelumnya 8,2 persen (yoy). Sedangkan rasio kredit bermasalah berada pada level 3,0 persen (gross) atau 1,4 persen (net). Ke depan, intermediasi perbankan diperkirakan membaik sejalan dengan berlanjutnya dampak penurunan suku bunga acuan. (*)
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More