oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Selasa, 23 Februari 2016 umumnya ditutup melemah setelah harga minyak turun di sesi perdagangan Asia. Indeks Nikkei turun 0,37%, Shanghai composite turun 0,81%, indeks Hang Seng Hongkong turun 0,25%, KOSPI Korea turun 0,11%, dan STI Singapura naik 0,43%. Pasar Eropa ditutup melemah karena turunnya harga minyak dan BHP Biliton PLC yang mengumumkan akan memotong dividen sebesar 74% setelah kerugian sebesar USD5,67 miliar pada semester 2 tahun 2015. FTSE 100 Inggris turun 1,25%, DAX Jerman turun 1,64%, CAC 40 Perancis turun 1,40% dan IBEX 35 Spanyol turun 1,42%. Pasar ekuitas US ditutup melemah juga karena faktor turunnya harga minyak. Saham-saham sektor energi, material dan finansial turun paling dalam. DJIA turun 1,14%, S&P 500 index turun 1,25%, dan NASDAQ composite turun 1,47%. Pagi ini pasar Asia dibuka mixed, Nikkei turun 0,99% dan Kospi Korea menguat tipis 0,02% (08.20 WIB).
Dari Eropa, sentimen bisnis Jerman (German Ifo Business Climate) bulan Februari turun ke 105,7 dari 107,3 bulan lalu. Angka tersebut lebih rendah daripada perkiraan analis sebesar 106,7. Data ini menunjukkan outlook sektor manufaktur ekonomi terbesar di Eropa tidak cukup bagus. Sentimen negatif pelaku bisnis terutama disebabkan oleh faktor pelambatan ekonomi global, potensi keluarnya UK dari EU, dan belum terpecahkannya permasalahan pengungsi Eropa.
Masih dari Eropa, Gubernur Bank of England, Mark Carney menyebutkan bahwa lemahnya Poundsterling belakangan ini terakselerasi oleh kekhawatiran akan keluarnya UK dari EU. Mark Carney menengarai terjadinya pembelian option dalam jumlah yang cukup signifikan untuk melindungi terhadap potensi penurunan Poundsterling sekiranya UK keluar dari EU, dalam referendum yang akan dilakukan pada tanggal 23 Juni 2016. Nilai tukar Poundsterling terhadap USD jatuh ke level terendah dalam tujuh tahun terakhir, hingga menyentuh sedikit di bawah USD1,4 per GBP. Meskipun demikian Mark Carney berpandangan bahwa jatuhnya nilai tukar GBP di sisi lain akan berdampak pada perbaikan ekonomi UK akibat penguatan ekspor dan naiknya inflasi.
Dari AS, data kepercayaan konsumen bulan Februari turun ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir. Consumer confidence index (CCI) turun ke level 92,2 dari 97,8 pada bulan Januari. Sementara pelaku pasar memproyeksikan CCI bulan Februari di level 96,9. Dalam jangka pendek, konsumen di US tampak pesimis mengenai kondisi bisnis, mengenai kondisi keuangan personal, dan volatilitas pasar keuangan.
Masih dari AS, dalam Annual Economic Report of the President kepada Kongres yang disampaikan kemarin, dilaporkan bahwa terdapat 83% kemungkinan otomasi (robotik) akan menghilangkan pekerjaan yang membayar gaji sampai USD20 per jam. Sementara terdapat 31% kemungkinan otomasi akan menggantikan pekerjaan yang membayar gaji antara USD20 hingga USD40 per jam. Selanjutnya hanya terdapat 4% kemungkinan otomasi akan menggantikan pekerjaan yang membayar gaji lebih besar dari USD40 per jam. Secara tradisional, inovasi, otomasi dan robotik akan meningkatkan efisiensi dan meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga seharusnya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja. Namun demikian hal ini hanya akan terjadi jika pekerja melakukan upgrade keterampilan dari keterampilan level rendah dengan gaji per jam yang rendah menjadi yang lebih tinggi. Hal ini karena dalam jangka pendek inovasi, otomasi dan robotik akan menggantikan pekerja level rendah tersebut.
JP Morgan menambah cadangan modal sebesar USD600 juta untuk mengantisipasi kerugian akibat utang tak tertagih dari sektor energi, metal dan pertambangan. JP Morgan juga menyatakan bahwa jika harga minyak sampai di bawah USD25 per barrel, maka cadangan modal akan ditambah lebih jauh sebesar USD1,5 miliar. Dengan harga minyak dan komoditas yang terus turun, maka prospek perusahaan sektor energi juga akan melemah dan bahkan banyak yang akan merugi, sehingga meningkatkan potensi gagal bayar pinjaman dari perbankan. Dari keseluruhan kredit JP Morgan untuk sektor energi, 57% kredit diberikan kepada perusahaan energi yang memiliki rating investment grade. Sementara untuk kredit kepada sektor pertambangan dan metal, sekitar 46% diberikan kepada perusahaan yang memiliki rating investment grade.
Harga minyak dunia ditutup melemah cukup signifikan, setelah Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi menyatakan bahwa pengurangan output produksi minyak tidak akan terjadi. Al-Naimi melanjutkan bahwa pembicaraan mengenai pembekuan kuota produksi minyak (pembekuan artinya produksi minyak seperti saat ini, tidak ada peningkatan), diharapkan akan segera dimulai pada bulan Maret, namun menegaskan bahwa tidak akan ada pengurangan produksi. Al-Naimi melihat komitmen pengurangan produksi akan dengan mudah dilanggar oleh Negara produsen minyak. Sejatinya harga minyak yang rendah membuat posisi fiskal Arab Saudi tertekan. Sejak turunnya harga minyak dalam setahun terakhir, Arab Saudi terpaksa meningkatkan defisit fiskal, menggunakan cadangan devisa, menerbitkan obligasi melalui pasar keuangan internasional untuk menutup defisit, dan mengumumkan pemotongan subsidi. S&P minggu lalu telah menurunkan rating Arab Saudi dua notches sekaligus, dari A+ menjadi A- dan memproyeksikan defisit fiskal Arab Saudi tahun 2016 akan mencapai 16% terhadap GDP, naik dari tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar 15 terhadap GDP. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman April turun USD1,52 (4,6%) ke level USD31,87 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April turun USD1,42 (4,1%) ke level USD33,27 per barrel.
Yield UST turun setelah harga minyak kembali turun dan tingkat kepercayaan konsumen AS bulan Februari turun di bawah perkiraan. Yield UST 10 year turun 2 bps ke level 1,74%. Sementara UST 30 year turun 2 bps ke level 2,59%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 53 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Perdagangan UST sejak awal tahun ini semakin berkorelasi dengan asset berisiko seperti saham dan oil futures. Saat risky asset turun (risk aversion), maka UST rally. Sebaliknya saat risky asset naik (risk taking), UST turun. Korelasi ini tidak nampak begitu nyata dalam beberapa tahun lalu. Pada periode 2013 sampai akhir 2014, kenaikan indeks saham diikuti dengan penurunan yield UST.
Pasar SUN relatif stabil, yield SUN tenor 10 tahun tetap di level 8,17%. Hasil lelang sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) kemarin mencatat total permintaan sebanyak Rp9,85 triliun, lebih rendah dibanding lelang sukuk sebelumnya yang mampu menjaring Rp14,8 triliun permintaan. Pemerintah memenangkan lelang sebesar Rp5,075 triliun. Yield sukuk rata-rata berada 20 – 30 bps di atas yield SUN (konvensional). Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 57 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup turun 54,56 poin (1,16%) ke level 4.654,05. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 1,33% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp11 ke level Rp13.428 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M melemah Rp64 ke level Rp13.515. Dari sisi teknikal, Rupiah diperkirakan akan melemah karena melebarnya spread forward dengan spot. Rupiah telah menguat sekitar 2,6% year to date. Persepsi risiko tidak berubah, CDS spread 5Y naik 1 bps ke level 236. Persepsi risiko selama tahun 2016 meningkat, tercermin dari naiknya CDS sebesar 7 bps dari posisi awal tahun yang tercatat sebesar 229. (*)
Penulis adalah Staf Wakil Ketua DK OJK
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More