Jakarta – Di tengah tantangan global yang terus meningkat, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan dan Pengelolaan Usaha BUMN Kemenko Bidang Perekonomian RI Ferry Irawan menegaskan, target ini realistis mengingat Indonesia pernah mencapainya pada 1995.
“Secara historis ini bukan angka yang mustahil karena kita lihat di tahun 1995, kita pernah mencapai angka 8,2 persen. Di mana, rata-rata pertumbuhan periode 1989-1996 itu 7,3 persen,” katanya, Kamis, 19 Desember 2024.
Menurut Ferry, strategi untuk mewujudkan target tersebut tak terlepas dari tiga kunci (key) utama. Antara lain key policy, key driver dan key sector.
“Untuk key policy kita punya deregulasi, perdagangan dan investasi. Itu yang jadi key policy waktu itu,” jelasnya.
Lanjutnya, khusus key driver, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu dijaga di level 5-6 persen.
Baca juga : OJK Siap Dukung Target Ekonomi 8 Persen, Begini Upayanya
Begitu juga dengan tingkat investasi yang ditargetkan tumbuh di kisaran 10 persen. Dan ekspor juga tumbuh di kisaran 9 persen.
Kemudian, key sector mencakup manufaktur (hilirisasi), jasa, pariwisata, konstruksi/perumahan, ekonomi digital, semikonduktor dan ekonomi hijau.
“Ini key driver yang kita harapkan bisa menjadi tulang punggung dari perekonomian kita ke depan untuk mencapai angka 8 persen di 5 tahun ke depan,” tegasnya.
Secara sistematis untuk bisa mencapai target 8 persen, Ferry membeberkan bahwa pemerintah perlu melakukan tiga komponen utama.
Komponen pertama, merevitalisasi mesin ekonomi konvensional yang sudah ada seperti industri dan berbagai infrastruktur yang ada untuk didorong menjadi salah satu tulang punggung ekonomi.
Komponen kedua yakni membangun mesin ekonomi baru seperti ekonomi digital, pengembangan ekosistem semikonduktor hingga ekonomi hijau.
Baca juga : DPR Optimistis Target Ekonomi 8 Persen Bisa Terealisasi
“Ini yang menjadi new engine kita. Ekonomi digital misalnya kalau bisa kita maksimalkan itu deltanya bisa 1 persen sehingga bisa dapat memperpendek gap ekonomi 5 persen dengan angka 8 persen,” bebernya.
Komponen ketiga, yakni peningkatan produktivitas dan daya saing sumber daya manusia. Artinya, bagaimana menjaga gizi masyarakat dengan program Makan Bergizi Gratis hingga perbaikan sekolah unggulan.
“Tentu ketiga engine ini perlu di dukung oleh berbagai faktor seperti stabilitas makro ekonomi, daya beli terjaga, efisiensi dan iklim investasi yang mendukung, penguatan dan pendalaman sektor finansial hingga penguatan sosial security and social safety net,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – KB Bank menjalin kemitraan dengan PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) melalui program… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta – Meski dikabarkan mengalami serangan ramsomware, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) memastikan saat ini data… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan segera meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) berbasis NFC (Near Field Communication)… Read More
Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara soal isu kebocoran data nasabah yang disebabkan… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menjalin kolaborasi strategis dengan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp327,3… Read More