Oleh Leslie Choo, Managing Director- Asia & Japan/Korea, ACI Worldwide
SAAT ini, kita menyaksikan para pemain di industri pembayaran meningkatkan perhatian terhadap layanan overlay tambahan yang disematkan dalam aplikasi handphone, portal web, media sosial dan channel lainnya agar dapat memenuhi permintaan pelanggan serta mengikuti perubahan dalam kebutuhan mereka. Layanan baru ini memungkinkan bank, perantara (intermediaries) dan merchants menambah beberapa fungsi untuk mendukung ekosistem pembayaran digital yang memiliki volume besar dan banyak data.
Beberapa penggunaan bisa dilakukan melalui layanan overlay digital, termasuk penyediaan solusi end-to-end tanpa hambatan untuk pembayaran dengan QR Code yang dilakukan tanpa sentuhan dan aman, meluas ke pembayaran yang diinisiasi pedagang menggunakan QR Code yang dinamis. Layanan pembayaran person-to-person yang fleksibel juga dimungkinkan dengan proxy/alias (seperti nomor telepon atau surel) untuk meningkatkan keamanan. Salah satu layanan overlay digital real time yang sedang berkembang di dunia adalah fungsi Request to Pay.
Walaupun Asia Tenggara memiliki tantangan berupa keberagaman aspek budaya, ekonomi, politik dan Bahasa, kami melihat beberapa negara mulai muncul sebagai “perintis” dalam pemanfaatan layanan overlay digital. PayNow di Singapura, PromptPay di Thailand, dan DuitNow di Malaysia, serta Indonesia yang baru merintis. Negara-negara ini mengambil langkah besar dalam modernisasi pembayaran. Peningkatan penggunaan standar ISO 20022 di Asia Tenggara juga memungkinkan komunikasi antara jaringan domestik tersebut. Hal ini akan menjadi bagian penting dalam keseluruhan ecosystems.
Real-time Retail Payment Platform (RPP) Malaysia adalah hasil upaya bertahun-tahun untuk memodernisasi infrastruktur pembayaran negara tersebut, menciptakan ekosistem terintegrasi untuk mendorong penggunaan digital. DuitNow, layanan transfer kredit instan yang memungkinkan pengguna mentransfer uang menggunakan nomer handphone atau identifikasi yang mudah diingat, adalah layanan pembayaran RPP pertama yang diluncurkan di platform tersebut pada tahun 2019. Pengadopsian ISO 20022 dari awal sangat penting dalam mendorong inovasi dan volume transaksi di RPP, termasuk Credit Transfer, pembayaran kode QR DuitNow serta layanan overlay digital lainnya. RPP yang dioperasikan PayNet juga mendapatkan keuntungan dari konektivitas standar antara partisipan dan central hub, membantu integrasi dan orientasi yang mulus, serta kepatuhan berkelanjutan.
Menurut laporan lain dari ACI Worldwide, Prime Time for Real Time, Thailand juga mengalami pertumbuhan volume transaksi pembayaran real-time yang fenomenal, dengan perkiraan pertumbuhan dari 2,6 miliar tahun 2019 menjadi 12,5 miliar pada tahun 2024. Pertumbuhan ini didukung inisiatif inklusif keuangan Bank of Thailand dengan diluncurkannya PromptPay tahun 2016 oleh National ITMX sebagai bagian dari inisiatif National e-Payment. Layanan ini bisa digunakan di berbagai channel termasuk ATM, konter bank, mobile banking, internet banking dan aplikasi pembayaran lainnya.
Beberapa MOU (memorandum of understanding) bilateral antara infrastruktur pusat domestik sudah ditandatangani di Asia Tenggara, yang turut mendorong kolaborasi yang lebih besar, dan saat ini kita mulai melihat langkah konkret menuju interoperabilitas. PayNet Malaysia dan NETS Singapura secara resmi meluncurkan pembayaran kartu debit real-time dan lintas perbatasan di akhir 2019. Sekarang mereka tengah mengembangkan transfer kredit lintas perbatasan instan dan pembayaran dengan QR Code. PromptPay Thailand juga ingin mengembangkan pembayaran dengan QR Code interoperasional dengan Kamboja. Pembayaran retail akan memimpin pembayaran commercial atau wholesale payment, namun saya menduga konsolidasi lebih lanjut akan menghasilkan pembayaran bernilai tinggi dan rendah (high- and low-value payment), memanfaatkan penggunaan sistem real-time yang sama.
Bagaimana dengan Indonesia? Meski masih dalam tahap awal dibandingkan dengan industri keuangan di kawasan, Bank Indonesia pada tahun 2019 telah menginisiasi cetak biru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) yang mengusulkan platform pembayaran nasional real-time dan lancar serta berfungsi sebagai tulang punggung skema direct-to-account, yang memungkinkan kliring dan penyelesaian transaksi real-time nasional dengan keamanan dan efisiensi lebih tinggi. Pengembangan sistem pembayaran real-time, optimalisasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), dan pengembangan unified payment interface akan mendukung tercapainya tujuan ini.
Bank Indonesia melaksanakan cetak biru tersebut bekerjasama dengan kementerian, lembaga, dan pelaku industri terkait. Pada Mei 2019, Bank Indonesia meluncurkan QR-Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai bagian dari inisiatif ini, dimana Gubernur Perry Warjiyo menyoroti peran QRIS dalam percepatan transformasi digital dan ekonomi negara. Perjalanan transformasi digital Indonesia, terutama peluncuran skema pembayaran real-time domestik di BI-FAST, sangat terbantu oleh fakta bahwa switch pembayaran nasional (National Payment Switch) dan bank sudah terintegrasi dalam sub-ekosistem. Implementasi lokal IS0 20022 akan memanfaatkan sub-ekosistem di sekitar switch nasional untuk mempercepat pengembangan jaringan pembayaran real-time secara nasional.
Pengembangan Jaringan Pembayaran Pan-Regional
Konsumen di seluruh Asia dengan cepat mengadopsi pembayaran real-time karena kemudahan dan fungsi yang ditawarkan, serta disediakan melalui beberapa layanan overlay. Tanpa legacy payment systems yang bisa menghalangi inovasi di pasar yang sudah matang, negara-negara di Asia Tenggara berada dalam posisi ideal untuk memanfaatkan infrastruktur pembayaran pusat domestik yang kuat sebagai dasar untuk hubungan lintas perbatasan yang didorong kekuatan pasar yang ada. Modernisasi sistem pembayaran yang sedang berlangsung, termasuk penerapan ISO 20022, akan mendorong hubungan lintas batas bilateral lebih lanjut dan pada akhirnya akan menyatu menjadi jaringan pembayaran yang lebih besar.
Tentu saja pemain dalam industri pembayaran harus melihat perkembangan di luar Asia Tenggara untuk memprediksi peluang lintas perbatasan. Jepang, sebagai contoh, memiliki salah satu sistem pembayaran real-time yang sudah lama di dunia, yaitu sistem Zengin yang diluncurkan pada tahun 1973 untuk transfer antar bank domestik. Walaupun sistem ini sudah diupgrade berkali-kali selama bertahun-tahun dan sekarang berada pada generasi ketujuh, para pedagang dan teknologi keuangan/fintech tidak bisa terhubung langsung ke Zengin. Tentu akan sangat menarik melihat bagaimana Jepang memperbarui infrastruktur pusatnya menjadi lebih fleksibel, termasuk penggunaan identifikasi mobile dan kode QR serta pengimplementasian ISO 20022.
PayNet Malaysia, dengan dukungan untuk berinovasi serta apa yang sudah dicapai, juga memiliki posisi yang baik untuk memainkan peran penting dalam pengembangan jaringan regional. Jika ingin mengembangkan interoperabilitas yang sudah ada dengan Singapura dan menyertakan Thailand untuk menciptakan jaringan tripartit secara real-time, mereka bisa segera menjadi contoh bagi negara lain di wilayah ini, termasuk Indonesia yang memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Kendati negara-negara ini memiliki industri layanan keuangan paling berkembang, transformasi digital yang cepat dan inovasi pembayaran di negara dengan perekonomian lebih kecil seperti Vietnam dan Filipina bisa membayangkan ekosistem pan regional secara real-time. (*)
Jakarta - Raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei, merilis tablet terbaru, HUAWEI MatePad Pro 12.2 pada… Read More
Jakarta - Jejak investor asal Thailand di pasar keuangan Indonesia sudah cukup panjang. Lebih dari… Read More
Jakarta - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) secara resmi meluncurkan program Makan Bergizi Gratis… Read More
Bandung - PT Geo Dipa Energi (Persero) atau Geo Dipa, salah satu badan usaha milik… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (8/11), Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More