Bali – Sektor pariwisata di Pulau Bali menghadapi tantangan cukup berat seiring dengan anjloknya kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara akibat pandemi corona virus disease (COVID-19). Imbas pandemi, kunjungan wisatawan di pulau tersebut merosot sangat dalam hingga 95%.
Hal tersebut juga berdampak ke sejumlah sektor usaha termasuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Bali yang mengalami penurunan omset. Salah satu pelaku UMKM yang terkena dampak dari pandemi COVID-19 ini adalah Ana Hidayati (38 tahun), pedagang baju di Kawasan Denpasar Selatan, Bali. Perempuan asal Surabaya, Jawa Timur ini mengaku bahwa bisnis pakaian yang dijalankannya mengalami penurunan yang signifikan.
“Kalau pariwisata turun itu terasa banget dampaknya. Jadi nihil sama sekali pemasukan. Suami saya juga usaha pariwisata, sampai kemarin pemasukan tidak ada, semua tamu [wisatawan] cancel,” ujar Ana di Balu dalam keterangannya, Senin 18 Mei 2020.
Dia menginginkan usahanya tetap berjalan semestinya sehingga mendapatkan pemasukan untuk biaya hidup dan menyelesaikan kewajiban terhadap bank. Pada 2014 lalu, Ana mendapat pinjaman mikro komersial Kupedes dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Kredit itu digunakannya untuk modal pengembangan usaha dagang pakaian.
Di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, Ana mengungkapkan ada saja jalan yang ditunjukkan kepadanya untuk mendapat kemudahan. Secara tidak sengaja, dia membaca sebuah artikel di media online yang menginformasikan bahwa Pemerintah memberikan relaksasi pinjaman untuk nasabah yang usahanya terkena dampak COVID-19.
Mengetahui kabar relaksasi kredit itu, ibu dari dua orang anak ini menyambut baik berita gembira tersebut. Keesokan harinya Ana tidak segan-segan langsung menghubungi kantor cabang BRI terdekat, untuk mendapatkan keringanan guna mengurangi bebannya.
“Relaksasi ini membantu sekali. Saya hubungi [Kantor BRI] karena saya ingin segera dibantu dengan keadaan ini. Saya mendapat keringanan setor bunganya saja 1%,” ucap Ana yang telah menjadi nasabah BRI selama 10 tahun.
Ana mengaku bahwa relaksasi tersebut membuat dirinya merasa lebih tenang, karena tidak harus terbebani dalam membayar tanggungannya di tengah kesulitan yang dihadapinya. Dengan relaksasi itu, dia mendapat keringanan yakni hanya membayar angsuran bunga saja selama setahun. Ia merasa terbantu di saat dirinya kesusahan untuk mencari pemasukan. Usaha dagang pakaian merupakan bisnis utama yang dijalankan Ana, selain usaha sampingan yang sifatnya musiman yaitu berjualan ikan.
Sebelum wabah COVID-19 menyebar, dagangan pakaian Ana selalu menghasilkan pendapatan yang cukup besar yakni sekitar Rp 30 – 35 juta per bulan dan mampu merekrut lima orang karyawan. Namun saat ini penghasilannya menurun hingga 70% dan hanya mampu mempekerjakan seorang karyawan. Merasa terbantu dari adanya relaksasi kredit, Ana mengaku akan komit menyelesaikan pinjamannya, apabila kondisi ekonomi dan usahanya kembali membaik. Karena itu, Ana berharap wabah corona segera berlalu dari Indonesia. (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More