Categories: News UpdatePerbankan

OJK Tak Khawatirkan Dampak Gagal Bayar Dunia Textile Terhadap Kredit

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku tidak begitu mengkhawatirkan dampak dari kondisi produsen tekstil Indonesia yakni PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang tergabung dalam Grup Duniatex yang dikabarkan berpotensi gagal bayar utang obligasi.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat memaparkan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) periode semester pertama. Menurutnya, kondisi tersebut tidak begitu mempengaruhi kondisi penyaluran kredit perbankan.

“Default yang ada adalah spesifik jadi adalah kasus spesifik perusahannya yang tidak ada kaitannya dengan ekonomi atau industri secara umum, jadi tidak bisa diambil kesimpulan,” kata Wimboh di Jakarta, Rabu 24 Juli 2019.

Pihaknya juga masih optimis terhadap pertumbuhan bisnis industri jasa keuangan khususnya perbankan dalam penyaluran kredit miliknya.

Sebagai informasi, OJK sendiri mencatatkan penyaluran kredit perbankan hingga Semester I-2019 masih dapat tumbuh stabil pada level 9,92% yoy, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor listrik, air, dan gas, konstruksi, serta pertambangan.

Tak hanya itu, untuk risiko kredit juga tercatat masih stabil pada level yang rendah, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,50%, terendah pada posisi akhir Semester-I dalam lima tahun terakhir.

Sebelumnya,  Lembaga Pemeringkat Internasional Standard and Poor’s Global Ratings (S&P) mengganjar penurunan enam peringkat surat utang salah satu Grup Duniatex, PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) dari BB- menjadi CCC-.

Menurut publikasi S&P, minimnya likuiditas dan dukungan permodalan dari perbankan akan menghambat produksi di perusahaan pemintalan.

Salah satu sebab kondisi ini adalah terjadinya perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan Cina membuat suplai produk tekstil Cina membanjiri pasar Indonesia yang bea masuknya lebih bersahabat.

Kondisi ini akibat adanya penetapan bea masuk baru senilai 25 persen oleh AS untuk produk impor asal Cina, termasuk tekstil. Banyaknya suplai membuat harga anjlok, sementara di sisi lain S&P melihat konsumsi masyarakat Indonesia tidak cukup kuat. (*)

 

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Evelyn Halim, Dirut SG Finance, Raih Penghargaan Top CEO 2024

Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More

23 mins ago

Bos Sompo Insurance Ungkap Tantangan Industri Asuransi Sepanjang 2024

Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More

1 hour ago

BSI: Keuangan Syariah Nasional Berpotensi Tembus Rp3.430 Triliun di 2025

Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More

2 hours ago

Begini Respons Sompo Insurance soal Program Asuransi Wajib TPL

Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More

2 hours ago

BCA Salurkan Kredit Sindikasi ke Jasa Marga, Dukung Pembangunan Jalan Tol Akses Patimban

Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More

3 hours ago

Genap Berusia 27 Tahun, Ini Sederet Pencapaian KSEI di Pasar Modal 2024

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More

3 hours ago