Kepala Eksekutif Pengawas OJK Dian Ediana Rae beberkan soal bank syariah pesaing BSI. (Foto: istimewa)
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut dalam jangka menengah akan terdapat 2 hingga 3 pemain bank syariah besar di Tanah Air. Bahkan, dalam jangka panjang diperkirakan akan ada 5 bank syariah yang skalanya setara dengan PT Bank Syariah Indonesia (BSI).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebutkan, pihaknya telah mengantongi kandidat bank syariah yang akan menyaingi BSI. Namun, ia enggan membocorkan nama-namanya.
“Kita tidak akan umumkan dulu. Tapi kandidatnya sudah ada. Teman-teman bisa tebak sendiri kalau lihat berita terakhir, terutama soal spin-off dan konsolidasi,” ucap Dian dalam silaturahmi dengan wartawan di Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.
Dian menjelaskan, dalam ketentuan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), kewajiban spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) bank digantikan dengan ketentuan agar OJK mendorong konsolidasi.
“Artinya, kalau spin off-nya tidak cukup ‘nendang’, kita akan dorong merger dengan pihak lain,” tandasnya.
Baca juga: Presiden Prabowo Restui Spin Off, UUS BTN Siap Beroperasi Jadi Bank Umum Syariah
Berdasarkan catatan Infobanknews, UUS PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN Syariah telah mendapatkan ‘restu’ pemerintah untuk melakukan pemisahan (spin off) dan mengakuisisi bank umum syariah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan persetujuan aksi korporasi tersebut. Di mana, persetujuan tersebut memungkinkan BTN Syariah untuk mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) sebagai bagian dari rancangan spin-off UUS.
Sebelumnya pada 20 Januari 2025, BTN telah mengumumkan keterbukaan mengenai perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan para pihak pemegang saham Bank Victoria Syariah (BVIS).
Dalam perjanjian tersebut, BTN akan mengambil alih 100 persen saham BVIS dari para pemegang sahamnya, yakni PT Victoria Investama Tbk, PT Bank Victoria International Tbk, dan Balai Harta Peninggalan (BHP) Jakarta.
Melalui akuisisi tersebut, kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, BTN akan menjadi pemilik penuh Bank Victoria Syariah dengan kepemilikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 100 persen dari seluruh modal ditempatkan disetor penuh dalam BVIS dengan total nominal sebesar Rp1,06 triliun.
“BTN melakukan pembelian BVIS dengan sumber pendanaan internal yang telah disiapkan sesuai rencana bisnis bank,” ujar Nixon.
Adapun, BTN Syariah memiliki total aset yang mencapai Rp60,56 triliun per Desember 2024.
Selain BTN Syariah, UUS yang baru-baru ini melakukan spin-off, yakni PT Bank CIMB Niaga Syariah. Dengan begitu CIMB Niaga Syariah akan menjadi bank umum syariah (BUS).
Dikutip dari keterbukaan informasi BEI pada Senin, 28 April 2025, Direktur Kepatuhan sekaligus Sekretaris Perusahaan BNGA, Fransiska Oei mengatakan, rencana spin off tersebut sesuai dengan Pasal 59 POJK No. 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah, yang sebagaimana dicabut sebagian melalui Peraturan OJK No. 2 Tahun 2024 tentang Penerapan Tata Kelola Syariah Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Baca juga: BSI Angkat Suara Soal Spin Off ke Danantara, Ini Penjelasannya
Fransiska menjelaskan, Bank Umum Konvensional (BUK) yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dengan nilai aset UUS mencapai 50 persen dari total nilai aset BUK induknya atau jumlah aset UUS paling sedikit Rp50 triliun diwajibkan untuk melakukan pemisahan UUS.
“Untuk tujuan pemisahan tersebut, perseroan (telah) menyusun Rancangan Pemisahan yang nantinya akan dimintakan persetujuannya melalui Rapat Umum Pemegang Saham,” kata Fransiska.
Sebagai informasi, pada 2024, total aset UUS CIMB Niaga telah mencapai Rp67,5 triliun, setara dengan 19,3 persen dari total aset induk. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More
Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More