Keuangan

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Masih Terjaga

Jakarta – Dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia hingga April 2017 masih dalam kondisi terjaga. Hal ini sejalan dengan penguatan pasar keuangan global yang juga mendorong pasar keuangan domestik.

Kepala Departemen Komunikasi dan Internasional OJK Triyono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 10 Mei 2017 mengatakan, kondisi stabilitas sektor jasa keuangan yang masih terjaga ini, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang terus melanjutkan penguatan.

OJK mencatat, IHSG meningkat sebesar 2,10 persen month to month (mtm) dan 7,34 persen year to date (ytd). Bahkan IHSG kembali mencatat rekor tertinggi pada 26 April 2017 pada posisi 5.726,53. Adapun Investor nonresiden mencatatkan net buy signifikan sebesar Rp13,9 triliun. Pasar SBN juga menguat ditandai oleh penurunan yield SBN di semua tenor dan net buy oleh nonresiden sebesar Rp22,6 triliun.

Sementara dari sisi intermediasi lembaga jasa keuangan, tercatat perbaikan yang terus berlanjut. Kredit perbankan hingga Maret 2017 tumbuh sebesar 9,24 persen year on year (yoy ) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Februari yang sebesar 8,57 persen (yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 8,45 persen (yoy).

Kinerja ini didukung dengan kinerja penghimpunan dana yang juga terus meningkat. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan per Maret 2017 tumbuh sebesar 10,02 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Februari sebesar 9,21 persen (yoy).

“Dari sisi pendapatan premi asuransi per Januari-Maret 2017 juga tercatat sebesar Rp50,1 triliun atau meningkat sebesar 17,60 persen dari periode yang sama tahun 2016,” ujarnya.

Penghimpunan dana di pasar modal juga terus meningkat. Pada periode Januari-April 2017, terdapat 36 emiten melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal dengan nilai sebesar Rp46,2 triliun atau meningkat sebesar 108,11 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.

Beberapa aspek seperti pertumbuhan ekonomi global diperkirakan membaik namun dengan arah perbaikan yang tidak merata. Perekonomian Advanced Economies (AE) khususnya AS dan Eropa semakin solid, sehingga meningkatkan ekspektasi berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Evelyn Halim, Dirut SG Finance, Raih Penghargaan Top CEO 2024

Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More

1 hour ago

Bos Sompo Insurance Ungkap Tantangan Industri Asuransi Sepanjang 2024

Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More

2 hours ago

BSI: Keuangan Syariah Nasional Berpotensi Tembus Rp3.430 Triliun di 2025

Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More

2 hours ago

Begini Respons Sompo Insurance soal Program Asuransi Wajib TPL

Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More

3 hours ago

BCA Salurkan Kredit Sindikasi ke Jasa Marga, Dukung Pembangunan Jalan Tol Akses Patimban

Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More

4 hours ago

Genap Berusia 27 Tahun, Ini Sederet Pencapaian KSEI di Pasar Modal 2024

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More

4 hours ago