Melihat hal itu tentu lanjutnya setiap bank punya cara sendiri sendiri dalam mengelola strategy anti-fraud. Namun memang, berkaca dari itu, potensi fraud tidak mungkin hilang sepenuhnya.
Menurut Sukarela, yang paling penting bank bisa membuat internal kontrol yang baik, agar ketika fraud muncul, efeknya tidak besar dan mengganggu bisnis perusahaan. “Jadi bank harus punya manajemen risiko, internal kontrol, dan IT yang baik,” tuturnya.
Baca juga: Tekan Risiko Fraud Perbankan, OJK Apresiasi e-KTP
Seperti diketahui, Industri perbankan belum lama ini dihebohkan dengan kasus pembobolan dana nasabah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).
Kasus pembobolan ini bermula ketika salah satu nasabah Bank BTN, San Finance menemukan keanehan dari jumlah dananya yang seharusnya berjumlah Rp250 miliar hanya menjadi Rp140 miliar. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) hari ini mengadakan paparan publik terkait kinerja… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III 2024 tercatat… Read More
Jakarta - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono turun tangan mengatasi kisruh yang membelit Koperasi Produksi Susu… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) menyakini proses kelompok usaha bank… Read More
Jakarta – MUFG Bank Cabang Jakarta, berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal III 2024. Berdasarkan… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I, hari ini, 15 November… Read More