Perbankan

OJK Optimistis Kinerja Perbankan 2026 Tetap Positif, Ini Alasannya

Poin Penting

  • OJK optimistis kinerja perbankan 2026 tetap positif didukung tren penurunan suku bunga.
  • Penurunan suku bunga dorong pertumbuhan DPK, likuiditas terjaga, dan kredit tetap kuat.
  • NPL diproyeksikan stabil di kisaran ±2%, meski UMKM masih berpotensi tertekan.

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja industri perbankan pada 2025 masih berada dalam tren positif. Kondisi tersebut didukung oleh proyeksi penurunan suku bunga global maupun domestik yang diperkirakan berlanjut hingga 2026.

Kepala Eksekutif Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan, penurunan suku bunga diharapkan berdampak positif terhadap penghimpunan dana perbankan Indonesia. Hal ini akan mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sekaligus menurunkan biaya dana perbankan.

“Untuk tahun 2026, kami melihat bahwa pertumbuhan perbankan masih akan terus positif. Proyeksi penurunan suku bunga global dan domestik yang diperkirakan masih akan terus berlanjut di tahun depan diharapkan dapat berdampak positif pada penghimpunan dana perbankan Indonesia, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan DPK dan menurunkan biaya dana,” kata Dian dalam jawaban tertulis, dikutip, Rabu, 24 Desember 2025.

Baca juga: Modal Ventura ke Fintech Makin Selektif, Ini Penjelasan OJK

Dian menjelaskan, penghimpunan dana yang tetap positif akan menjaga ketersediaan likuiditas perbankan. Kondisi ini diharapkan mendukung penyaluran kredit secara berkelanjutan.

Selain itu, penurunan suku bunga global juga diproyeksikan mendorong peningkatan permintaan kredit untuk berbagai kebutuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan kredit perbankan dapat tetap kuat.

Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perbankan diperkirakan terus membaik dan berada di kisaran rendah, yakni sekitar plus minus 2 persen.

“Meskipun tekanan tetap datang dari segmen kredit UMKM sebagai sektor yang paling cepat tumbuh saat ekonomi ekspansif, tapi juga paling cepat tertekan saat kondisi makro melemah,” pungkasnya.

Baca juga: Kredit UMKM Kontraksi 0,7 Persen pada November 2025, Ini Penyebabnya

Lebih lanjut, Dian meyakini implementasi berbagai program pemerintah, serta dukungan optimal dari kebijakan fiskal, perdagangan, industri, dan investasi akan memperkuat efek pengganda terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha. Hal tersebut pada akhirnya turut mendorong peningkatan permintaan kredit perbankan. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Danantara Indonesia dan PLN Jajaki Peluang Investasi Energi Baru Terbarukan

Poin Penting Danantara Indonesia melalui DIM menandatangani HoA dengan PLN untuk menjajaki investasi proyek energi… Read More

6 mins ago

Aturan Baru Paylater Resmi Berlaku, Ini Ketentuan dari OJK

Poin Penting OJK resmi menerbitkan POJK 32/2025 untuk mengatur penyelenggaraan Buy Now Pay Later (BNPL/paylater)… Read More

24 mins ago

Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Rp870 Miliar untuk Proyek Properti Kaltim

Poin Penting Bank Mega Syariah menyalurkan pembiayaan sindikasi Rp870 miliar untuk proyek properti Borneo Bay… Read More

2 hours ago

Perkuat Kesepakatan Dagang RI-AS, Airlangga Dorong Kerja Sama dengan Pelaku Usaha AS

Poin Penting Perundingan dagang RI–AS (ART) ditargetkan rampung dan ditandatangani awal 2026 RI buka akses… Read More

2 hours ago

IHSG Sesi I Jelang Libur Nataru Ditutup Hijau di Level 8.587, 343 Saham Terkoreksi

Poin Penting IHSG sesi I ditutup menguat tipis 0,03% ke level 8.587,49 Meski indeks hijau,… Read More

3 hours ago

Kredit Properti Tumbuh 7,4 Persen Jadi Rp1.513.5 Triliun per November 2025

Poin Penting Kredit properti tumbuh 7,4% yoy menjadi Rp1.513,5 triliun per November 2025 Pertumbuhan didorong… Read More

4 hours ago