Jakarta–Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui kualitas aset perbankan masiih mengalami pemburukan, hal itu tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang masih meningkat menjadi level 3% dari 2,9% pada bulan sebelumnya. Kendati demikian, OJK menegaskan industri perbankan telah mengantisipasi kenaikan NPL dengan meningkatkan pencadangan.
“Kemarin naik 3% dari 2,9% tapi sudah di-back up dengan kecukupan dana yang memadai sehingga secara nett tetap saja 1% koma sekian,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad usai acara peluncuran Sistem Perizinan Terintegrasi untuk Bancassurance di Jakarta, Jumat, 29 Juli 2016.
Muliaman juga meyakini semester kedua angka NPL akan makin membaik mengingat pertumbuhan kredit yang diperkirakan juga makin meningkat pada semester kedua.
“Kelihatannya bulan ini saja sudah ada penurunan (NPL) sedikit, jadi mudah-mudahan bulan ini sudah puncaknya,” tambah Muliaman.
Dia mengataka,n peningkatan NPL pada paruh pertama 2016 ini merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya dimana beberapa sektor terpukul akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Oleh karena itu sektor-sektor terkait seperti pertambangan menurutnya masih mencatat NPL yang tinggi.
“Semester 2 bisa di bawah itu (3%), ini saja sudah menunjukkan penurunan. NPL itu kan rasio ya kredit kurang baik dibagi pertumbuhan kredit. Kalau pertumbuhan kredit meningkat kan hasilnya makin kecil. Kalau ini kan NPL meningkat karena pertumbuhan kreditnya melemah ditambah ada juga sektor-sektor yang terkena penurunan ekonomi global,” kata Muliaman.
Pada Mei, Statistik Perbankan Indonesia mencatat kualitas aset dari sisi pinjaman tidak lancar (NPL) berlanjut memburuk karena level NPL naik menjadi 3,11% dari 2,93% pada April, sementara level dari kredit dalam perhatian khusus (special mention loans, kategori 2) turun menjadi 5,70% dari 6,17% pada April.
Sektor yang mencatat NPL terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL 5,6% masih mengalami kenaikan dibanding April yang tercatat 5,15%. Disusul sektor konstruksi yang mencatat NPL 4,84% turun tipis dibanding April yang tercatat 4,86%, kemudian sektor transportasi dan pergudangan yang tercatat 4,55% naik dibanding April yang tercatat 4,17%. NPL terbesar selanjutnya dicatat sektor perdagangan besar dan retail yang tercatat 4,4% naik dari bulan April yang tercatat 4,34%, kemudian industri pengolahan yang tercatat 3,68% naik dari April yang tercatat 3,09%. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More