Perbankan

OJK Luncurkan Roadmap Perkuat Industri BPR-BPRS, Berikut 3 Poin Pentingnya

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Roadmap Penguatan Pengembangan dan Penguatan Industri BPR-BPRS (RP2B). Roadmap ini bertujuan untuk mendorong industri bank rural Tanah Air.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, pengeluaran RP2B ini sesuai dengan mandat yang tertuang pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Adapun 3 poin penting mengenai RP2B, yaitu penguatan modal, mempercepat konsolidasi, serta tata kelola permodalan.

“Kebijakan UU P2SK dalam roadmap ini akan fokus pada tiga aspek, yakni penguatan modal, percepatan konsolidasi, dan capital outflow,” ujar Dian pada peluncuran RP2B, Senin, 20 Mei 2024.

Dian menyampaikan, konsolidasi menjadi salah satu poin penting dalam RP2B. Terlebih, saat ini tengah ramai pembicaraan mengenai BPR yang terpaksa dilikuidasi, buntut dari fraud atau mismanagement. Menurut Dian, konsolidasi ini akan memperkuat ketahanan dari BPR-BPRS.

“Konsolidasi sangat diperlukan dalam rangka memperkuat industri dan meningkatkan kapasitas serta efisiensi landasan pemikiran BPD, BPR, dan BPRS,” tambah Dian.

Baca juga: Pemaksaan “Kawin Sedarah” BPR, Tidak Mampu (Mau) Mengawasi atau Alasan Memperkuat BPR?

Dari sisi BPR konvensional saja misalnya. Selama periode Februari 2023 hingga Februari 2024, ada penurunan jumlah BPR dari 1.429 menjadi 1.393, baik karena ada bank rural yang dilikuidasi maupun melakukan konsolidasi. Namun, justru mereka bisa mencatat pertumbuhan yang cukup baik kendati jumlahnya berkurang.

Aset tumbuh 6,62 persen dari Rp181,9 triliun menjadi Rp193,32 triliun. Pun demikian dengan DPK yang tumbuh menjadi Rp137,96 triliun dari setahun sebelumnya, sebesar Rp127,55 triliun. Pertumbuhan juga terjadi di penyaluran kredit sebesar 8,48 persen, menjadi Rp142,19 triliun.

RP2B juga mencakup peningkatan inovasi teknologi dan digitalisasi. Dua aspek ini, menurut Dian, akan membantu BPR-BPRS untuk meningkatkan daya saing mereka, mendorong inovasi-inovasi baru, serta meminimalisir adanya malpraktik dalam industri ini.

“Pengembangan infrastruktur teknologi informasi yang andal, mumpuni, reliable, dan mengikuti perkembangan teknologi terkini guna mendorong inovasi produk dan layanan meminimalisir potensi adanya praktik perbankan yang tidak sehat serta dalam rangka mendukung pengawasan OJK,” tambahnya.

Dengan ini, OJK berharap dengan peluncuran roadmap ini, industri BPR-BPRS bisa menghadapi tantangan-tantangan dari industri, serta menjalankan tugas mereka sebagai pihak yang paling dekat dalam melayani masyarakat mikro.

“Harapan kami, agar dapat menjadi arah dan jalan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang dalam mewujudkan industri BPR dan BPRS dalam menjadi bank yang berintegritas tanggung dan kontributif, dalam memberikan akses keuangan kepada usaha mikro kecil dan masyarakat di wilayahnya,”tukasnya.

Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, juga menekankan pentingnya BPR-BPRS menjadi industri yang sehat. Lagi-lagi ini disinggung usai sentimen negatif yang menerpa sektor ini akibat banyak dari pelaku industri yang ditutup.

“Saya rasa jelas, untuk roadmap dan tujuan dari BPR dan BPRS. Small, resilient, competitive, and sound is beautiful. And healthy, ini penting,” katanya.

Baca juga: Pj Gubernur Copot Dirut Bank NTT, Pengamat: OJK Mendapat Tantangan dari POJK yang Dibuatnya Sendiri

Sehat di sini, terang Mahendra, tidak hanya berlaku untuk manajemen bank rural saja, melainkan juga sampai ke para pemegang saham, hingga nasabah-nasabah mereka yang meliputi masyarakat mikro dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sebagai penutup, Mahendra dengan tegas menyatakan komitmen darinya dan pihaknya untuk menumbuhkembangkan industri BPR-BPRS. Pihaknya juga turut mengajak pihak-pihak lain, seperti bank umum, yang pada acara tersebut, menandatangani kerja sama untuk ikut serta mengembangkan bank rural Tanah Air.

“Kami ingin menggarisbawahi komitmen kuat dari kami di OJK dan dengan para pemangku kepentingan. Tadi kita juga lihat bagaimana kolaborasi, sinergi, dan komitmen dari bank umum untuk ikut mendukung peningkatan kapasitas. terutama penguatan dan pengembangan experience BPR, dan BPRS untuk bisa dapat berpenggambang lebih jauh lagi,” tutup Mahendra. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Rayakan HUT ke-26, Bank Mandiri Luncurkan 5 Fitur dan Layanan Digital Terbaru

Komisaris Bank Mandiri Chatib Basri dan Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi saat meresmikan peluncuran… Read More

20 mins ago

BEI Catat 5 Saham Berikut Jadi Pemberat IHSG Pekan Ini

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami penurunan sebesar sebesar 2,61 persen… Read More

1 hour ago

Bos OJK: Konsep IKN Financial Center Berbeda dengan Aktivitas Keuangan Lain

Balikpapan - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar membeberkan konsep pembangunan IKN Financial Center (pusat keuangan)… Read More

4 hours ago

Ikonik! Bank Mandiri Groundbreaking Gedung Mandiri Financial Center di Kawasan PIK 2

Banten - Bank Mandiri kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan melangsungkan groundbreaking… Read More

4 hours ago

Apa Kabar Anti Scam Center? Ini Jawaban OJK

Balikpapan – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap alasan ‘molornya’ peluncuran Anti Scam Center (ASC) sebagai… Read More

5 hours ago

Awal Oktober 2024, Aliran Modal Asing Rp570 Miliar Masuk RI

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di awal pekan Oktober 2024, aliran modal asing masuk atau capital… Read More

5 hours ago