Washington — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong program pengembangan pembiayaan berkelanjutan untuk mengarahkan pembangunan yang peduli dampak lingkungan dan sosial masyarakat.
Komitmen OJK itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam sambutannya pada Dinner Reception The 6th Sustainable Banking Network (SBN) Global Meeting pada acara Tri Hita Karana Roadmap for Blended Finance yang diselenggarakan oleh OECD dan Trihita Karana di Washington, Amerika Serikat, Jumat (12/4).
“Ini merupakan implementasi dari Komitmen IMF/World Bank Meeting mengenai pengembangan pembiayaan berkelanjutan. OJK akan melakukan Pendalaman Pasar Keuangan melalui penciptaan produk keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang perhatikan dampak sosial dan lingkungan,” kata Wimboh.
Menurutnya, bagi negara berkembang seperti Indonesia, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera, antara lain dengan membangun infrastruktur di berbagai daerah.
“Namun demikian, pembangunan infrastruktur yang masif ini harus memperhatikan dampak lingkungan dan sosial masyarakat agar tidak menimbukan permasalahan sosial di kemudian hari. Untuk itu, pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan upaya pencapaian sustainable development goals,” kata Wimboh.
Ia menjelaskan, industri jasa keuangan memiliki peran penting untuk menyediakan pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui instrumen keuangan berbasis sustainable atau green financing, sehingga pembangunan infrastruktur dapat dilakukan dalam koridor ramah lingkungan dan sosial.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendorong berkembangnya sustainable finance yaitu tersedianya program yang sistematis dan masif untuk memastikan kepedulian di semua pemangku kepentingan; kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta; ekosistem yang semakin lengkap; dan komitmen dari komunitas global untuk membantu negara-negara berkembang dalam menyediakan ekosistem yang dibutuhkan.
Dalam konteks pengembangan sustainable finance ini, lanjut Wimboh, OJK dalam tiga tahun terakhir ini telah melakukan berbagai hal seperti, menyusun roadmap sustainable finance, menyediakan kerangka regulasi bagi pembiayaan berkelanjutan, penerbitan green bonds atau sukuk, sosialisasi dan peningkatan kapasitas pelaku di industri keuangan dengan dukungan dari International Finance Corporation (IFC) dan Sustainable Banking Network (SBN). Tahun ini IFC berkomitmen untuk masuk pasar green bonds Indonesia senilai 1,5 miliar dolar AS.
Paskapertemuan Tahunan Bank Dunia – IMF di Bali tahun lalu, Indonesia mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan global untuk mengembangkan program sustainable finance di Indonesia.
Dengan dukungan besar dari Tri Hita, Indonesia telah berhasil mendapatkan dana US$2,46 miliar sebagai komitmen untuk membiayai 31 proyek melalui skema pembiayaan campuran, dari berbagai pemangku kepentingan domestik dan global. Dari 31 proyek tersebut, 6 proyek baru saja selesai pada tahun 2018, sementara paling tidak 7 proyek akan direalisasikan tahun ini. (*)