Ilustrasi obligasi. (Foto: Istimewa)
Jakarta – Di tengah volatilnya pasar saham Indonesia, Equities Specialist DBS Group Research, Maynard Arif mengungkapkan jika surat utang atau obligasi di Indonesia cenderung lebih menjadi primadona bagi para investor, khususnya investor asing. Ini ditandai dengan banyaknya investor asing yang masuk ke pasar obligasi.
“Kalau kita lihat di luar saham, sebenarnya investor asing sudah banyak masuk ke surat utang. Justru dari sisi surat utang yang lebih banyak,” sebut Maynard saat ditemui di Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025.
Ia lebih jauh menjelaskan, ke depannya, ada potensi pasar surat utang Indonesia semakin digemari oleh banyak pihak, khususnya dari lembaga perbankan untuk menambah permodalan. Namun, hal ini tetap dipengaruhi oleh level yield surat utang dan kebutuhan finansial yang direncanakan.
“Kebutuhan mereka untuk short term, mid term, long term itu bagaimana. Kecenderungannya untuk perbankan mungkin kalau lebih bagus menerbitkan surat utang, mereka akan shifting. Namun, mereka bisa juga menumbuhkan kredit jika bunganya lebih tinggi,” jelasnya.
Baca juga: DBS Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8 Persen di 2025
Hal serupa juga berlaku bagi korporasi lainnya, di mana bakal mempertimbangkan tingkat bunga yang ditawarkan antara mengajukan kredit dengan penerbitan surat utang atau obligasi.
“Mana yang lebih murah, antara menerbitkan surat utang atau mengajukan kredit,” sebut Maynard.
Baca juga: BI Rate Diprediksi Tetap 5,5 Persen, Ini Dampaknya ke Saham dan Obligasi
Ia pun tak menampik, tren penurunan tingkat bunga yang didorong oleh penurunan suku bunga acuan dapat mendorong penerbitan obligasi lebih banyak, karena kupon obligasi yang lebih murah. Akan tetapi, semuanya tetap masih bergantung pada kondisi likuiditas korporasi.
“Kecenderungannya dengan suku bunga turun, sebenarnya korporasi juga bisa membandingkannya dengan bunga kredit perbankan,” imbuh Maynard. (*) Steven Widjaja
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More