Obligasi Jadi Andalan Investor di Tengah Guncangan Ekonomi Global

Jakarta – Ketidakpastian dan volatilitas masih menghantui ekonomi global dan nasional. Di tengah kondisi tersebut, pasar obligasi dinilai dapat menjadi salah satu instrumen investasi yang memberikan imbal hasil atau yield yang stabil. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Suhindarto.

Suhindarto menjelaskan, kondisi perang dagang yang berkecamuk dan risiko geopolitik akibat perang yang masih berlangsung membuat masyarakat cenderung mengalihkan aset dari instrumen berisiko tinggi, seperti saham, ke instrumen yang relatif lebih aman seperti obligasi.

“Utamanya obligasi pemerintah, karena dia relatif lebih aman ketimbang obligasi korporasi ataupun saham itu sendiri. Jadi, daya tarik obligasi korporasi dan pemerintah kemungkinan akan lebih baik dibandingkan saham di tahun ini,” ujar Suhindarto secara virtual, Selasa, 15 April 2025.

Baca juga: Ekonomi Volatil, Pefindo Soroti Peluang dan Tantangan Penerbitan Surat Utang 2025

Pefindo memproyeksikan bahwa realisasi penerbitan surat utang pada semester I 2025 akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal itu terlihat dari total penerbitan surat utang korporasi di Indonesia selama kuartal pertama (Q1) 2025 yang telah mencapai Rp46,75 triliun, tumbuh 77,4 persen secara tahunan dari Q1 2024 yang sebesar Rp26,35 triliun.

“Jika melihat pola jatuh temponya selama semester I ini, kami sih masih optimis semester I ini akan lebih tinggi penerbitan (surat utang) ketimbang semester I tahun lalu. Struktur jatuh temponya kan akan lebih heavy di semester kedua, bahkan di semester kedua lebih tinggi lagi,” tambahnya.

Risiko Tetap Ada, Yield Diperkirakan Fluktuatif

Meski prospek obligasi cukup menarik, Suhindarto mengingatkan bahwa pasar obligasi nasional tetap mengandung risiko.

Menurutnya, agresivitas pemerintah dalam menerbitkan obligasi untuk pembiayaan pembangunan nasional akan meningkatkan suplai obligasi, yang pada akhirnya berpotensi menahan atau bahkan mendorong yield agar tidak turun terlalu dalam.

“Kalau untuk appetite investornya untuk instrumen pendapatan tetap, kami melihatnya saat ini (obligasi) masih relatif lebih oke,” tegasnya.

Baca juga: Penerbitan Surat Utang Nasional Naik 77 Persen di Q1 2025, Ini Rinciannya

Pefindo memproyeksikan yield obligasi negara atau surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun berada di kisaran 6,9–7,1 persen pada semester I 2025.

Sementara pada semester II, diperkirakan akan turun ke rentang 6,6–6,9 persen, tergantung perkembangan kondisi ekonomi global, termasuk arah suku bunga acuan. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

5 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

5 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

6 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

18 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

19 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

20 hours ago