oleh Sigit Pramono
DALAM tempo kurang dari 60 hari, dunia perbankan nasional kembali berduka karena kembali kehilangan seorang putra terbaiknya yaitu Binhadi, setelah sebelumnya Marjanto Danusaputro dan Robby Djohan pulang menghadap Sang Pencipta. Bagi saya pribadi ini sebuah kehilangan yang sangat berat dan kesedihan yang amat dalam.
Kita semua pasti sepakat, Pak Bin, demikian beliau biasa dipanggil, adalah seorang bankir pekerja keras, amanah dan konsisten dalam membela kepentingan perbankan.
Binhadi mulai bekerja di Bank Indonesia dan menutup karier sebagai bankir bank sentral itu dengan jabatan terakhir sebagai Direktur (sekarang disebut Deputi Gubernur). Beliau kemudian masuk ke sektor perbankan komersial ketika mendapat tugas dari Pemerintah menjadi Ketua Pelaksana Penggabungan 4 bank milik negara yaitu BBD, BDN, Bank EXIM dan Bapindo dengan Bank Mandiri. Beliau bekerja bersama Robby Djohan sebagai Direktur Utama Bank Mandiri.
Di Bank Mandiri pulalah saya mengenal Pak Bin dan bekerja bersama beliau lebih dari 3 tahun. Sebagai Kepala Eksekutif Unit Restrukturisasi Kredit (Credit Restructuring Unit), yang menangani kredit bermasalah dari 4 Bank (BBD, BDN, Bank Exim dan Bapindo), saya harus selalu berkoordinasi dan melapor perkembangan restrukturisasi kredit kepada Ketua Tim Merger, Pak Binhadi.
Karena 90% lebih portofolio kredit 4 bank itu bermasalah, setiap hari kami bekerja hingga lewat tengah malam selama 3 tahun lebih. Pernah suatu hari kami bersama Pak Binhadi membahas laporan Restrukturisasi Kredit hingga pukul 3 dini hari dan tidak selesai juga. Pak Bin akhirnya memutuskan agar kita semua istirahat. Beliau minta rapat akan dilanjutkan kembali pukul 8 pagi. Saya ketika itu hampir tidak yakin atas ajakan rapat Pak Bin. Dalam hati saya mengatakan mana mungkin ” Pak Tua” ini kuat rapat lagi. Pasti “tewas’ lah beliau. (Saat itu usia saya di awal 40-an, sedang Pak Bin sudah kepala 6). Jam 8 kurang kami bertemu kembali, Dan Pak Bin muncul dengan senyum khasnya, tampak segar bugar. Tanpa tanda kelelahan fisik sedikitpun.
Jadi ketika di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa Pak Bin adalah seorang pekerja keras, itu sama sekali bukan basa basi. Saya menyaksikannya sendiri selama bekerja dengan beliau.
Setelah beberapa tahun tidak berhubungan langsung dalam pekerjaan, saya bertemu kembali dengan Pak Bin di Perbanas karena beliau Anggota Dewan Penasehat dan kemudian sebagai Anggota Badan Pengawas Etika Bisnis Perbankan. Selama 10 tahun kami berinteraksi secara aktif. Pada bulan Ramadhan tahun lalu, dalam suatu rapat gabungan Pengurus dan Dewan Penasehat, Pak Bin memberikan contoh kepada juniornya sekaligus menunjukkan komitmen kuat dan dedikasi kepada organisasi.
Ketika dilaporkan mengenai adanya “tekanan” terhadap Pengurus Perbanas oleh pihak-pihak tertentu, salah seorang pengurus dengan entengnya mengusulkan agar Ketua diganti saja. Pak Bin menegur dengan keras dan mengatakan bahwa ini bukan urusan orang per orang melainkan urusan organisasi. “Jadi kita harus merespon dan menangani dengan tepat dan benar. Kita harus menunjukkan soliditas organisasi,” kata Pak Bin kala itu. Pak Bin kemudian bahkan bersedia tampil sebagai juru penengah.
Ketika Pak Bin sakit, dalam kunjungan saya terakhir ke Rumah sakit menjenguk beliau, saya sangat sedih dan menyesal sudah tidak bisa berkomunikasi lagi dengan beliau. Sambil menggenggam tangan kanannya, saya hanya bisa membisikkan Surat Al Fatehah tiga kali ke telinga beliau. Saya tidak yakin apakah beliau menyadari kehadiran saya, tetapi tangannya berusaha digerakkan. Menurut Sari, putrinya yang menjaga pada saat itu, beliau merespon. Alhamdulillah.
Dalam berbagai kesempatan baik pada saat pertemuan internal di Bank Mandiri maupun pertemuan eksternal bahkan ketika meluncurkan bukunya mengenai “turn around” Bank Mandiri, Robby Djohan mengatakan bahwa tanpa Binhadi, Bank Mandiri tidak mungkin berdiri. Ini merupakan ungkapan penghormatan dan sekaligus penghargaan atas jasa Binhadi dalam proses merger Bank Mandiri. Sudah barang tentu ungkapan ini tidak dengan maksud mengecilkan peran pihak-pihak lain. Karena bagaimanapun juga proses merger Bank Mandiri berhasil karena kerja keras banyak sekali orang dengan berbagai keahlian.
Dan kini 2 orang yang memiliki peran penting dalam proses penggabungan Bank Mandiri itu telah kembali bergabung dengan Sang Maha Sutradara, Yang Maha Agung.
Di bulan suci Ramadhan tahun ini, menjelang proses regenerasi kepemimpinan di Perbanas, Pak Bin telah meninggalkan kita. Kita yang sedang berkabung saat ini, hanya bisa mendoakan agar Allah SWT menerima segala amal ibadah almarhum Binhadi. Sambil menunggu giliran untuk bergabung. (*)
Penulis adalah Ketua Umum Perbanas dan Anggota Tim Eksekutif Manajemen Restrukturisasi Bank Mandiri
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More
Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More