News Update

NPL BPR Hampir 7%, Ini Penjelasan Perbarindo

Jakarta – Persatuan Bank BPR Indonesia (Perbarindo) menilai, di tengah tingginya rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), pihaknya optimis NPL BPR dapat ditekan dari posisi yang saat ini berada pada kisaran 6,8 persen.

Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto mengatakan, kondisi NPL BPR tidak bisa dibandingkan dengan NPL Bank Umum, lantaran BPR lebih fokus kepada sektor UMKM yang memiliki risiko NPL lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum yang lebih aman ke sektor korporasi.

“NPL kita 6,8 persen, saya rasa gak usah khawatir karena sektor kita ke UMKM, gak bisa dicompare dengan bank umum yang lebih ke korporasi. Tapi artinya disitu kami sepakat NPL harus rendah,” ujarnya disela-sela seminar The Finance bertema “Membangun Ekosistem Baru Antara Bank Umum, BPR dan Fintech, di Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Meski NPL BPR masih tergolong tinggi, namun demikian, pihaknya terus berupaya untuk menekan rasio kredit bermasalah tersebut berada pada kisaran 4-5 persen hingga akhir tahun ini. Dirinya menilai, NPL saat ini yang berkisar 6,8 persen dianggap masih cukup sehat bagi BPR.

“Jadi artinya disitu kami sepakat NPL harus rendah, tapi faktanya bisnis bergerak naik turun. NPL maksimum kita proyeksi 4-5 persen. Jadi NPL BPR ini masih sehat. Tapi kita sepakat untuk dturunkan. Supaya efisiensinya bisa terjaga dengan baik,” paparnya.

Pasalnya, penyebab masih tingginya NPL di BPR lebih dikarenakan masyarakat yang masih cenderung melakukan perilaku konsumtif terutama pada periode libur hari raya. Artinya, kemampuan bayar nasabah pada saat itu mengalami penurunan pada periode-periode tertentu.

“Angka NPL saat ini masih aman, tapi kalau kalau secara lima tahunan terakhir kita mematok diangka 4-5 persen,” tukasnya.

Selain dari sisi NPL, Perbarindo menilai laju kredit BPR masih bisa tumbuh sampai dengan akhir tahun 2018. Pihaknya memproyeksi kredit BPR secara industri masih akan tumbuh sebesar 10 persen sampai dengan 12 persen pada akhir tahun 2018. Adapun per April 2018 kredit BPR sudah tumbuh 9,16 persen.

Pertumbuhan kredit yang diproyeksi masih mampu double digit diakhir tahun ini, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) BPR yang masih cukup longgar yakni di posisi 76,4 persen per April 2018. Menurun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 77,65 persen. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Bentuk KUB, Bank DKI Bakal jadi Induk Bank NTT Lewat Right Issue

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta (Bank DKI) untuk menjadi… Read More

3 mins ago

Kena PHK, Begini Cara dan Syarat Pencairan Saldo BPJS Ketenagakerjaan

Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan mengungkap, tren pemutusan hubungan kerja (PHK) melonjak dalam beberapa bulan belakangan. Tercatat,… Read More

34 mins ago

Simak! 2 Jenis Reksa Dana Terbaik di Tengah Ketidakpastian Global

Jakarta - PT Mandiri Sekuritas menyebut bahwa berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perkembangan dana… Read More

37 mins ago

295 Saham Hijau, IHSG Ditutup Naik ke Level 7.559

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (14/10) ditutup dengan melanjutkan penguatannya… Read More

56 mins ago

Kemendagri Sebut Pemda Suntik Modal BUMD Rp11,30 T pada 2024, Provinsi Ini Paling Besar

Jakarta - Kementerian Dalam Negeri (Kemedagri) menyebut pemerintah daerah (Pemda) sudah menyuntikan modal sebesar Rp11,30… Read More

1 hour ago

Bos Bank Sumut Blak-blakan Soal Rencana KUB

Jakarta – Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) Babay Farid Wazdi mengungkapkan bahwa pihaknya… Read More

1 hour ago