Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo merespons kondisi nilai tukar rupiah yang makin melemah terhadap dolar AS baru-baru ini.
Menurut Perry, pihaknya akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, di tengah eskalasi konflik global yang terjadi saat ini. Salah satu langkahnya akan melakukan intervensi.
“BI selalu berada di pasar dan kami akan pastikan stabilisasi nilai tukar akan terjaga, kita terus melakukan intervensi baik di spot maupun Non Delivery Forward (NFD),” ujar Perry usai mengikuti rapat terbatas tentang perkembangan situasi global, bersama dengan pemerintah di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Untuk itu, kata Perry, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah selaku pemangku fiskal, guna menjaga stabilisasi moneter dan fiskal.
Baca juga: Rupiah Anjlok di Atas Rp16.000 per Dolar AS, Ini yang Bakal Dilakukan BI
“Kami jajakan koordinasi dengan pemerintah. Kami pastikan kami di berada pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi,” ujar Perry.
Sebelumnya, Kepala Departemen Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global yang menyebabkan penguatan dolar terhadap mata uang negara di emering market, termasuk Indonesia.
“Selama periode libur lebaran terdapat perkembangan di global dimana rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar. Selain itu, terdapat memanasnya konflik di Timur Tengah khususnya konflik Iran-Israel,” ujar Edi saat dihubungi Infobanknews, Selasa, 16 April 2024.
Edi menjelaskan bahwa perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD.
Adapun indeks dolar AS (DXY) selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan, yaitu dari 104 menjadi di atas 106.
“Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp16.000, atau sudah di sekitar Rp16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut,” jelasnya.
Baca juga: Rupiah Ambles Rp16.000, Airlangga: Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan
Dalam mengantisipasi hal tersebut, BI akan melakukan sejumlah langkah antisipatif di antaranya, yakni menjaga kestabilan rupiah melalui menjaga keseimbangan supply-demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward).
Kemudian, BI akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan hedging cost, serta melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait.
“BI akan melakukan komunikasi dengan stakeholder seperti dengan pemerintah, Pertamina dan lainnya,” pungkasnya. (*)
Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan memperluas layanan BI FAST dengan menghadirkan fitur transaksi kolektif (bulk… Read More
Jakarta – Harga saham PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) anjlok 24,24 persen atau terkena… Read More
Jakarta - Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Jakarta sekaligus Anggota Dewan Komisioner… Read More
Bali - Bank Mandiri terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor kesehatan melalui penyediaan solusi perbankan… Read More
Jakarta - PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) menghadirkan produk asuransi perjalanan yang praktis dan… Read More
Jakarta — PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), sebagai bagian dari Holding BUMN Danareksa, memperkuat komitmennya… Read More