Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus selama 19 bulan berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh nilai ekspor yang selalu lebih tinggi dari impor yang ada.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan salah satu alasan dari tingginya nilai ekspor adalah karena keputusan untuk menghentikan ekspor bahan mentah seperti nikel. Pasca keputusan ini, Presiden menyebut terjadi peningkatan signifikan dalam nilai ekspor.
“Saya lihat biasanya hanya US$1 miliar sampai US$2 miliar, kemarin hingga akhir tahun lalu, sudah hampir mencapai US$21 miliar, tepatnya US$20,8 miliar,” ujar Jokowi pada sambutannya secara virtual, Senin, 3 Januari 2022.
Ke depan, pemerintah akan terus fokus pada hilirisasi industri. Larangan ekspor pada barang-barang mineral mentah seperti nikel akan diperluas ke bauksit, timah, dan tembaga.
Dengan demikian, Indonesia akan lebih fokus pada process material yang nantinya akan memberikan nilai tambah bagi ekspor. Sehingga tren surplus neraca perdagangan bisa terus dipertahankan. (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, dari total jumlah investor pasar modal… Read More
Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sebelumnya telah menetapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap… Read More
Jakarta – Kapasitas ruang fiskal APBN masih sangat terbatas dalam mendanai berbagai proyek transisi energi… Read More
Jakarta - Tahun 2024 lalu, perusahaan akuntansi multiglobal, menemukan data bahwa 53 persen pemimpin perusahaan… Read More
Jakarta - PT Bank BTPN Syariah Tbk mencatatkan kinerja yang solid pada kuartal I 2025… Read More
Jakarta – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mengawali 2025 dengan catatan positif. Di… Read More