Ilustrasi: Neraca perdangan Indonesia. (Foto: Istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada Oktober 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa surplus bulan tersebut mencapai USD2,39 miliar, melanjutkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir.
“Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama 66 bulan berturut-turut,” ungkap Puji Ismartini, Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Senin, 1 Desember 2025.
Surplus di Oktober 2025 terutama ditopang oleh kinerja komoditas non-migas, yang membukukan surplus sebesar USD4,31 miliar. Lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72), menjadi komoditas utama.
Sementara, untuk tahun kalender 2025 (ytd) dari Januari-Oktober 2025, surplus perdagangan kumulatif mencapai USD35,88 miliar. Surplus ini berasal dari kelompok non-migas yang berkontribusi USD51,51 miliar.
Baca juga: Inflasi November 2025 Tembus 2,72 Persen, Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Terbesar
“(Tapi), pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,92 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak,” jelas Puji.
Dari sisi negara mitra dagang, tiga negara penyumbang surplus terbesar sepanjang 2025 ini adalah adalah Amerika Serikat (AS), yaitu sebesar USD14,93 miliar. Disusul India dengan angka USD11,29 miliar dan Filipina USD7,18 miliar.
Sebaliknya, defisit terdalam sampai dengan Oktober 2025 berasal dari Tiongkok, Australia, dan Singapura. Masing-masing mengalami defisit sebesar -USD16,32 miliar, -USD4,58 miliar, dan -USD4,17 miliar.
Baca juga: Nilai Ekspor RI Turun 2,31 Persen di Oktober 2025, Ini Pemicunya
Adapun surplus perdagangan non-migas periode Januari-Oktober 2025 terbesar berasal dari lemak & minyak nabati/hewani, yaitu USD28,12 miliar, bahan bakar mineral sebesar USD22,59 miliar, dan besi & baja yang mencapai USD 15,79 miliar.
“Sementara, defisit utamanya berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis atau HS84 dengan defisit sebesar USD23,28 miliar, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik atau HS85 dengan defisit sebesar USD9,87 miliar, serta plastik dan barang dari plastik atau HS39, yaitu dengan defisit sebesar USD6,38 miliar,” terangnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More