Moneter dan Fiskal

Neraca Perdagangan RI Diprediksi Surplus US$4,82 Miliar di Maret 2023

Jakarta – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia mencatat US$4,82 miliar pada Maret 2023, dibandingkan US$5,48 miliar pada Februari 2023.

Dia menambahkan bahwa pertumbuhan ekspor dan impor secara bulanan diperkirakan akan meningkat. Diperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia akan berkontraksi sebesar -5,29% yoy pada Maret 2023 dibandingkan 4,51% yoy pada Februari 2023, di tengah penurunan harga komoditas.

“Pertumbuhan ekspor rentan menurun akibat penurunan harga komoditas, didorong oleh permintaan global yang lesu di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung,” ujar Faisal dikutip Jumat, 14 April 2023.

Namun, secara bulanan, tumbuh sebesar 17,38% mom dibandingkan -4,15% mom di Februari 2023 karena membaiknya permintaan di China, yang dapat dilihat dari impor China yang lebih tinggi dari Indonesia yaitu sebesar 8,63% mom di Maret 2023 dibandingkan -6,12% mom di Februari 2023.

Selain itu, pertumbuhan impor diperkirakan berkontraksi sebesar -7,67% yoy pada Maret 2023 dibandingkan -4,32% yoy pada Februari 2023), sejalan dengan penurunan biaya bahan baku, termasuk minyak.

Namun, secara bulanan, meningkat sebesar 27,38% mom dibandingkan -13,68% mom pada Februari 2023, didorong oleh kebutuhan antisipasi permintaan yang tinggi selama Ramadan dan Lebaran.

“Pertumbuhan impor bisa lebih kuat karena permintaan domestik cenderung terus menguat, terutama pada paruh kedua 2023,” ungkapnya.

Kemudian, lanjutnya, PMI Manufaktur Indonesia meningkat menjadi 51,9 dibandingakan 51,2 pada Februari 2023. Ini adalah bulan ke-19 berturut-turut pertumbuhan aktivitas pabrik dan laju paling tajam sejak September 2022.

“Selain itu, ekspor China ke Indonesia melonjak sebesar 57,51% mom dibandingkan -26,77% mom pada Februari 2023,” pungkasnya.

Di sisi lain, pihaknya memandang bahwa neraca transaksi berjalan pada tahun 2023 dapat berubah menjadi defisit yang terkendali, sehingga tetap mendukung stabilitas sektor eksternal.

“Kami terus mengantisipasi bahwa neraca transaksi berjalan Indonesia akan berubah menjadi defisit yang terkendali sekitar 1,10% dari PDB pada tahun 2023 dibandingkan 1,00% dari surplus PDB pada tahun 2022 atau masih di bawah 3% dari defisit PDB,” katanya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

PP Hapus Tagih Diteken Presiden Prabowo, Jumlahnya Capai Rp8,7 Triliun

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More

2 hours ago

AXA Mandiri Meluncurkan Produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera

Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More

9 hours ago

Bank NTT dan Bank Jatim Resmi Jalin Kerja Sama Pembentukan KUB

Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More

10 hours ago

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

12 hours ago

Dukung Literasi EBT, PHE ONWJ Ajak Pelajar Cirebon Kenali Energi Surya

Jakarta - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru… Read More

12 hours ago

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

13 hours ago