Moneter dan Fiskal

Neraca Perdagangan RI Balik Surplus USD3,48 Miliar

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia hingga Oktober 2023 mencatatkan surplus sebesar USD3,48 miliar atau meningkat USD0,07 miliar secara bulanan (mtm).

Deputi Bidang Statistik Ditribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, neraca perdagangan indonesia tercatat surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas tercatat surplus sebesar USD5,31 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Baca juga: Impor RI Melonjak 7,68 Persen jadi Segini di Oktober 2023

“Surplus neraca perdagangan non migas Oktober 2023 ini, lebih rendah dibandingkan dengan bulan lalu dan pada Oktober 2022,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Rabu 15 November 2023.

Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD1,84 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu minyak mentah dan hasil minyak.

“Defisit neraca perdagangan migas di Oktober 2023 lebih rendah dibandingkan bulan lalu, dan juga lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu,” ungkapnya.

Secara kumulatif, hingga Oktober 2023 total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD31,22 miliar atau lebih rendah sekitar USD14,22 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Ia mengungkapkan, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia yaitu India mengalami surplus sebesar USD1,55 miliar, di dorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta biji logam, terak, dan abu.

Baca juga: Utang Luar Negeri RI Turun di Triwulan III 2023 Masih Sisa Rp6.100 Triliun

Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar USD1,1 miliar, disumbang oleh komoditas mesin dan perelngakapan elektrik serta bagiannya, alas kaki, serta lemak dan minyak hewan nabati. Serta, Filipina mengalami surplus USD0,9 miliar.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Australia defisit sebesar -USD0,4 miliar dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak, dan abu, serta gula dan kembang gula.

Selanjutnya, Thailand mengalami defisit sebesar -USD0,3 miliar dan Brasil mengalami defisit sebesar -USD0,2 miliar. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

19 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

19 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

19 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

21 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

21 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

24 hours ago