Moneter dan Fiskal

Neraca Perdagangan Juli Diprediksi Kembali Defisit US$1,3 Miliar

Jakarta – Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menilai, neraca perdagangan pada Juli 2018 diperkirakan akan kembali mengalami defisit sebesar US$1,3 miliar, setelah dibulan Juni 2018 neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$1,74 miliar.

Ekonom Indef Bhima Yudistira dalam risetnya di Jakarta, Senin 23 Juli 2018 mengatakan, kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia di Juli 2018 dipicu oleh adanya peningkatan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) sejalan dengan kebutuhan impor bahan baku terutama untuk infrastruktur.

“Impor bahan baku dan barang modal terus mencatat kenaikan dan berpotensi menimbulkan defisit perdagangan pada Juli hingga US$1,3 miliar,” ujar Bhima.

Oleh sebab itu, kata dia, untuk menjaga neraca perdagangan tetap surplus, pemerintah harus bisa mengendalikan impor. Terlebih, permintaan dolar AS yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan impor, telah memicu pelemahan rupiah beberapa hari terakhir atau sempat menembus Rp15.545 per dolar AS.

“Permintaan valas khususnya dolar AS kembali meningkat seiring normalisasi aktivitas impor pasca libur panjang,” ucapnya.

Baca juga: Jaga Surplus Neraca Perdagangan, Pemerintah Dorong Produktivitas Industri

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Januari–Juni 2018 tercatat masih mengalami defisit sebesar US$1,02 miliar. Hal ini sejalan dengan surplus neraca perdagangan Indonesia hanya terjadi dibulan Maret dan Juni 2018, sedangkan sisanya mengalami defisit.

Tingginya kebutuhan impor, tentu akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia (BI) juga pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Bank Sentral memprediksi, ekonomi Indonesia disepanjang 2018 akan berada dibatas bawah yakni kisaran 5,1 persen. Di mana BI mematok pertumbuhan ekonomi di tahun ini kisaran 5,1-5,5 persen.

Pertumbuhan ekonomi 2018 yang pesimis ini dipicu oleh pertumbuhan ekspor yang terindikasi tidak sekuat dengan prakiraan dan dipengaruhi tren harga komoditas global yang menurun. Di sisi lain, meningkatnya permintaan impor Indonesia juga telah memicu pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya berada dikisaran 5,1 persen.

Kuatnya permintaan domestik telah mendorong kenaikan pertumbuhan impor Juni 2018 dibandingkan dengan Juni 2017, khususnya impor barang modal seperti alat angkut, mesin, peralatan dan suku cadang. Impor Juni 2018 meningkat 12,66 persen dibanding Juni 2017. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

CIMB Niaga Finance Bagikan Dividen Rp232,17 Miliar, Setara 50 Persen dari Laba 2024

Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang… Read More

3 hours ago

RMKE Bidik Volume Jasa 11,2 Juta Ton di 2025, Begini Strateginya

Jakarta - PT RMK Energy Tbk (RMKE) telah berhasil memuat 191 kapal dengan total muatan… Read More

3 hours ago

RUPST Maybank Angkat Kembali Dato’ Khairussaleh Ramli Jadi Presiden Komisaris

Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (Perseroan) tahun… Read More

18 hours ago

Perkuat Layanan Digital, CIMB Niaga Hadirkan Digital Branch Batam-Nagoya

Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) terus menghadirkan inovasi layanan perbankan digital… Read More

18 hours ago

Warga RI Makin Doyan Ngutang di Paylater, Ini Buktinya

Jakarta – Skema pembiayaan beli sekarang bayar nanti (buy now pay later/BNPL) terus menunjukkan ekspansi… Read More

19 hours ago

Dukung Palestina, Pemerintah Siap Evakuasi Kemanusiaan Tanpa Relokasi Permanen

Jakarta - Pemerintah Indonesia tengah mengintensifkan upaya diplomatik dan kemanusiaan di kawasan Timur Tengah, khususnya… Read More

19 hours ago