News Update

Neraca Dagang RI Sepanjang 2020 Surplus US$21,74 Miliar

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia di sepanjang 2020 mengalami surplus US$21,74 miliar angka tersebut diklaim sebagai angka tertinggi dalam 9 tahun terakhir setelah sebelumnya di tahun 2011 neraca dagang RI sempat surplus US$26,06 miliar.

BPS menilai surplus tersebut terjadi lantaran angka ekspor Indonesia pada Januari hingga Desember 2020 mencapai US$163,31 miliar atau menurun 2,61%  dibanding periode yang sama tahun 2019. Sementara untuk angka impor sepanjang 2020 mencapai US$141,57 miliar atau turun 17,34% dibandingkan 2019.

“Kalau melacak ke belakang, surplus neraca perdagangan tahun 2020 ini tertinggi sejak 2011, di mana pada 2011 itu surplus US$26,06 miliar,” kata Kepala BPS Suhariyanto melalui video confefence di Jakarta, Jumat 15 Januari 2021.

Sementara untuk nilai ekspor Indonesia pada bulan Desember 2020 mencapai US$16,54 miliar atau meningkat 8,39% dibanding ekspor November 2020. Demikian juga dibanding Desember 2019 meningkat 14,63%.

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga Desember 2020 naik 2,95% dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 13,9%, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 20,70%.

Pada sisi ekspor nonmigas di bulan Desember 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$3,32 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,87 miliar dan Jepang US$1,25 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,50%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,27 miliar.

Sedangkan untuk nilai impor Indonesia pada bulan Desember 2020 telah mencapai US$14,44 miliar atau naik 14,00% dibandingkan November 2020. Sementara jika dibandingkan Desember 2019 turun 0,47%.

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Desember 2020 adalah Tiongkok senilai US$39,35 miliar (30,91%), Jepang US$10,63 miliar (8,35%), dan Singapura US$8,12 miliar (6,38%). Impor nonmigas dari ASEAN senilai US$23,41 miliar (18,39%) dan Uni Eropa senilai US$10,09 miliar (7,92%). (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Fintech Lending Dinilai Mampu Atasi Gap Pembiayaan UMKM

Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More

3 hours ago

Dukung Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri Sinergi dengan Pengembang

Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More

4 hours ago

BEI Optimistis Pasar Modal RI Tetap Tumbuh Positif di 2025

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More

5 hours ago

Jadwal Operasional BCA Selama Libur Nataru, Cek di Sini!

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More

6 hours ago

IHSG Tinggalkan Level 7.000, BEI Beberkan Biang Keroknya

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More

6 hours ago

Ekonomi AS dan China Turun, Indonesia Kena Imbasnya?

Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More

6 hours ago