PERKEMBANGAN teknologi digital telah menjadi mainstream dan mendorong pergeseran transaksi tunai ke transaksi nontunai, maupun transaksi yang dilakukan secara fisik ke mobile. Terlebih, pandemi COVID-19 juga menjadi chief dari perubahan dan memaksa berbagai industri untuk adaptasi digital dalam proses bisnisnya, tak terkecuali industri perbankan.
Pandemi mendorong percepatan transformasi digital di bank. Buktinya, Bank Indonesia (BI) mencatat, per September 2021 nominal transaksi delivery channel yang meliputi Phone Banking, SMS/Mobile Banking & Internet Banking mencapai Rp36.587,55 triliun atau tumbuh 37,24% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam sebuah webinar, beberapa waktu lalu, Filianingsih Hendarta, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI mengatakan, transaksi ekonomi dan keuangan digital terus tumbuh dan akan semakin terakselerasi sejalan dengan tiga hal, yakni meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring, adanya perluasan atau inovasi pembayaran digital (instrument, kanal, dan sebagainya) yang diberikan oleh bank maupun nonbank, serta adanya akselerasi digital banking. “Bukan hanya fintech yang bertransformasi, tetapi bank juga bertransformasi. Transformasi bagaimana mereka mengakuisisi nasabah dan memberikan pelayanan terbaik (salah satunya) lewat aplikasi digital banking,” ujarnya.
Digitalisasi di industri perbankan, sebetulnya, sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Bank-bank mulai mengadopsi teknologi digital dalam kegiatan operasional mereka secara perlahan tapi pasti, dari hal kecil sampai hal mendasar yang berkaitan dengan model bisnis bank tersebut.
Menurut Agus Sugiarto, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, ada beberapa alasan yang mendasari bank-bank melakukan transformasi digital. Satu, persaingan di industri jasa keuangan sangat ketat sehingga mereka berlomba-lomba melakukan transformasi digital agar tetap memiliki level of playing field yang sama antara bank yang satu dengan bank lainnya. Dua, adopsi teknologi digital akan memberikan beberapa manfaat, antara lain meningkatkan kualitas, kecepatan pelayanan, dan efisiensi. Tiga, transformasi menuju bank digital bukan lagi menjadi suatu impian semata, melainkan sudah menjadi kebutuhan dan model bisnis baru bagi bank.
“Namun, dalam pelaksanaannya di lapangan, sukses tidaknya transformasi sebuah bank konvensional menjadi bank digital akan bergantung pada beberapa faktor, yaitu mengikuti kebutuhan konsumen, komitmen untuk perubahan, memilih strategi yang tepat, menyediakan digital talent, memperkuat manajemen risiko, dan mengedukasi konsumen,” ucapnya.
Salah satu bank yang telah sukses mengukuhkan diri sebagai bank digital di Indonesia adalah PT Bank Neo Commerce Tbk (Bank Neo Commerce/BNC). Bank Neo Commerce resmi bertransformasi menjadi bank digital dengan meluncurkan aplikasI “Neobank” pada bulan Maret 2021. Salah satu fitur yang dimiliki oleh Neobank adalah Digital Customer Onboarding, yaitu fitur pembukaan rekening secara digital dalam waktu kurang dari satu menit hingga rekening siap digunakan. Hingga November 2021, Neobank telah mencatatkan lebih dari 12 juta nasabah atau pengguna.
“Sejauh ini, kami mendapat banyak tanggapan dari nasabah bahwa sebelumnya mereka belum pernah memiliki akun rekening perbankan, kemudian tertarik membuka rekening karena berbagai layanan dan produk keuangan BNC,” jelas Tjandra Gunawan, Direktur Utama Bank Neo Commerce, beberapa waktu lalu.
Peluncuran “Neobank” pun dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan konsumen yang semakin gemar menabung. Merujuk pada riset YouGov’s Global Banking & Finance Report 2021, Indonesia menjadi negara ketiga tertinggi di mana 34% responden lebih banyak menabung selama pandemi. Sementara, 54% responden tercatat berencana untuk menabung sebagai persiapan dana darurat selama setahun mendatang.
Tren positif tersebut disambut baik oleh BNC dengan memperkenalkan berbagai fitur tambahan yang bermanfaat dan praktis, diantaranya, Neo Jurnal; untuk mengatur regular saving account secara fleksibel; misalnya alokasi dana untuk memulai bisnis, membeli barang impian, maupun keperluan lainnya. Kemudian, Neo Now; produk tabungan dengan bunga yang tinggi tanpa adanya masa tunggu pencairan dengan akumulasi bunga sebesar 6% per tahun. Serta, Neo Wow; beragam produk deposito dengan minimum setoran mulai dari Rp200.000 dengan pilihan waktu pencairan dari satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan, sampai 12 bulan.
Produk Neo Wow juga menawarkan imbal balik deposito tertinggi, yaitu 8% p.a untuk produk dengan tenor 12 bulan. Selain itu, BNC fokus mengembangkan produk yang menyenangkan dan interaktif, misalnya melalui fitur chat, transfer dengan memasukkan nomor telepon, games interaktif yang edukatif, dan lain sebagainya.
Kampanye “#Neoliuner, New Bank New Rules”
Pada Kamis, 2 Desember 2021 lalu, Bank Neo Commerce memperkenalkan kampanye #Neoliuner yang mengusung tema “New Bank New Rules”. Melalui kampanye ini, BNC semakin memperkuat posisinya sebagai bank digital yang unggul dalam sisi fleksibilitas dan keuntungan produk yang maksimal.
Maritsen Darvita, VP – Head of Marketing, Bank Neo Commerce memaparkan bahwa kampanye #Neoliuner memberikan masyarakat keleluasaan untuk melakukan transaksi di bank dengan cara yang baru. Kampanye ini lahir dari masyarakat yang ingin memaksimalkan keuntungan dari produk perbankan yang mereka pilih, namun masih terbentur halangan dan kesulitan yang melelahkan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa produk perbankan BNC sangat fleksibel sehingga siapa saja dapat mengatur tujuan finansial mereka dengan lebih leluasa dan tanpa batasan,” paparnya.
Maritsen menjelaskan, #Neoliuner adalah aspirasi yang ditangkap dari setiap nasabah BNC untuk menjadi kaya dan sejahtera. Sedangkan, New Bank New Rules adalah semangat BNC sebagai bank digital baru untuk memberikan terobosan yang sama sekali berbeda, seakan-akan BNC membuat benchmark bagaimana sebuah bank digital seharusnya dalam membuat layanan dan produk. BNC juga melihat masyarakat sering salah kaprah dalam esensi menyimpan uangnya di bank, dengan memaklumi kalau uang yang mereka simpan berkurang jumlahnya.
BNC menilai tanggung jawab bank harusnya tidak hanya sekadar berhenti dengan memberikan keamanan dan kenyamanan, tapi juga harus memberikan keuntungan. Bank bukan sekadar tempat menaruh uang dan melakukan transaksi, tapi juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan nasabah untung. “Sebagai bank digital, BNC sadar untuk mencapai hal tersebut perlu terobosan dan keberanian, yang tercermin dari produk dan layanan kami yang inovatif dan terbaik di kelasnya, yang ditawarkan dengan pilihan yang luas dan fleksibel,” jelasnya.
Selain itu, melalui peluncuran kampanye #Neoliuner, BNC berharap dapat meredefinisi sistem perbankan lama yang terkesan kaku dan berbelit-belit, serta mengedukasi masyarakat untuk bersemangat menyusun impian finansial mereka berdasarkan aturan-aturan yang mereka susun sendiri sesuai kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Sebagai informasi, kinerja Bank Neo Commerce mengalami pertumbuhan selama masa pandemi. Biro Riset Infobank (birI) mencatat, aset Bank Neo Commerce tumbuh 74,91% secara tahunan menjadi Rp7 triliun per Juni 2021. Sementara, di periode yang sama, kredit dan dana pihak ketiga (DPK)-nya masing-masing tumbuh 31,14% dan 72,50% menjadi Rp3,82 triliun dan Rp5,13 triliun. (*) Ayu Utami
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan putusan kasasi yang diajukan PT Sri Rejeki Isman… Read More
Jakarta - Setelah didera kerugian selama empat tahun berturut-turut, KB Bukopin Finance (KBBF) mulai bangkit… Read More
Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More
Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More
Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) terus melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) bersama Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) pionir layanan dan Perum DAMRI… Read More