Moneter dan Fiskal

Negara Bagian Afrika Ini Gagal Bayar Utang, Ternyata Gara-Gara Ini

Jakarta – Ethiopia menjadi negara terbaru di Benua Afrika yang gagal melunasi utangnya. Hal ini terjadi setelah negara itu gagal dalam memenuhi pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Senin (25/12) kemarin.

Negara dengan julukan ‘Tanah Ibu’ ini diketahui harus membayar tagihan sebesar 33 juta USD pada 11 Desember lalu, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu, 27 Desember 2023. Kementerian Keuangan Ethiopia menjelaskan bahwa mereka punya alasan tersendiri untuk tidak melunasi utang yang ada.

Baca juga: Kemenkeu Beri Sinyal Bakal Tambah Utang Baru Tahun Depan, Segini Nilainya

“Pemerintah ingin memperlakukan semua kreditur dengan cara yang sama,” ujar Menteri Keuangan Ethiopia, Ahmed Shide pada Kamis (21/12) lalu.

Di satu sisi, penasihat senior di Kementerian Keuangan, Hinjat Shamil, telah mengkonfirmasi bahwa pembayaran tersebut belum dan tidak akan dibayarkan. Pemerintah Ethiopia telah mencapai kesepakatan dengan para bilateral kreditur di bulan lalu untuk menangguhkan pembayaran utang.

Kegagalan bayar yang sengaja dilakukan oleh pemerintah Ethiopia itu menempatkan negaranya ke dalam salah satu negara-negara berkembang yang kini banyak mengalami gagal bayar atas obligasi Euro dalam beberapa tahun terakhir, seperti Zambia, Ghana, dan Sri Lanka.

Ketimbang melakukan restrukturisasi, pemerintah Ethiopia meminta pemilik obligasi untuk memperpanjang waktu cicilan pembayaran dari Juli 2028 hingga Januari 2032, serta mengurangi nilai tagihannya ke 5.5% dari saat ini yang sebesar 6.625%. Bagaimana pun, nilai nominal tagihan tersebut saat ini masih berada di angka 1 miliar USD, yang berarti para kreditur belum menerima pengajuan potongan yang diusulkan.

Baca juga: Warisan Utang Jokowi Nyaris Tembus Rp8.000 T, Anies, Prabowo, dan Ganjar Siap Tanggung?

Ethiopia saat ini tengah berupaya untuk menegosiasikan kembali kewajiban pembayaran utang melalui Kerangka Kerja Bersama Kelompok 20 (G20), yang mulai mendapatkan momentum setelah Zambia dan Ghana mencapai kemajuan dalam restrukturisasi utang mereka. Hal ini memungkinkan keringanan utang dari pemberi pinjaman publik dan swasta.

Negara ini juga telah mencapai kesepakatan dengan kreditur bilateral untuk menangguhkan pembayaran utang, setelah berupaya menyelesaikan kewajibannya sejak tahun 2021 ketika perang saudara di wilayah utara Tigray memperburuk sentimen investor dan melemahkan pertumbuhan ekonomi. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Hana Bank Dorong Kunjungan Wisatawan ke Korea Selatan Lewat Cara Ini

Jakarta - PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) menggandeng Korea Tourism Organization (KTO) untuk mendorong kunjungan wisatawan ke Korea… Read More

35 mins ago

Ada 1 Juta UMKM Pertanian hingga Kelautan yang Dihapus Utangnya

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More

1 hour ago

Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan untuk Dua Nasabah Kakap, Segini Nilainya

Jakarta - Bank Mega Syariah menjalin kerja sama pembiayaan senilai Rp221 miliar pada sesi Business… Read More

1 hour ago

Laba Krom Bank (BBSI) Naik, DPK Melonjak 541 Persen pada Kuartal III 2024

Jakarta - PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) telah melaporkan kinerja keuangan yang solid pada… Read More

2 hours ago

Kapan IPhone 16 Bisa Dijual di RI? Ini Jawaban Menko Airlangga

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan bahwa penjualan iPhone 16 di Indonesia… Read More

2 hours ago

IHSG Dibuka Menguat 0,11 Persen ke Level 7.500

Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (6/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

3 hours ago