Market Update

Naiknya Defisit Transaksi Berjalan Beri Sentimen Negatif ke Rupiah

Jakarta – Pergerakan dolar AS yang kembali menguat, membuat laju rupiah terhalang untuk terapresiasi. Rupiah mulai melemah sejak akhir pekan kemarin (9/11), dan berlanjut melemah kembali pada perdagangan hari ini (12/11) lantaran adanya sentimen negatif dari global dan dalam negeri.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pagi hari ini di pasar spot dibuka melemah 85 poin atau 0,58 persen ke level Rp14.763 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah berakhir ditutup dengan pelemahan 139 poin atau 0,96 persen di level Rp14.678 per dolar AS.

Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor dalam negeri yakni data defisit transaksi berjalan yang semakin melebar di kuartal III 2018, bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Tercatat, pada kuartal III 2018 defisit transaksi berjalan mencapai US$8,8 miliar atau 3,37 persen dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar US$8,0 miliar atau 3,02 persen dari PDB. Secara kumulatif defisit transaksi berjalan tercatat 2,86 persen.

Baca juga: BI: Implementasi DNDF Hingga Meredanya Perang Dagang Buat Rupiah Menguat

“Aksi tunggu pelaku pasar terhadap neraca transaksi berjalan membuat laju rupiah terhenti. Pelaku pasar memang memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan kembali meningkat,” ujar Reza dalam risetnya, di Jakarta, Senin, 12 November 2018.

Sementara faktor global yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah yakni terkait dengan pernyataan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan mempertimbangkan kenaikan suku bunganya di akhir tahun. Asal tahu saja, The Fed baru mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 2-2,5 persen.

“Kenaikan suku bunga AS ke depannya membuat pergerakan dolar AS kembali meningkat seiring dengan naiknya permintaan atas dolar AS,” ucapnya.

Lebih lanjut dirinya menyarankan kepada Bank Sentral untuk tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat nilai tukar rupiah kembali melemah. “Di perkirakan rupiah masih akan bergerak melemah di kisaran Rp14.670 – Rp14.695 per dolar AS,” tutup Reza. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Usai Caplok Permata Bank, Bangkok Bank Bakal Akuisisi Bank RI Lagi?

Jakarta – Bangkok Bank sukses mengakuisisi 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan… Read More

19 hours ago

PLN Butuh Dana Rp11.160 Triliun untuk Capai NZE 2060

Jakarta – PT PLN (Persero) dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 membutuhkan investasi mencapai USD700 miliar… Read More

19 hours ago

Menilik Peluang Permata Bank Naik Kelas ke KBMI IV

Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau Permata Bank memiliki peluang ‘naik kelas’ ke Kelompok Bank… Read More

19 hours ago

Danantara Dinilai jadi Jawaban Pendongkrak Ekonomi RI Capai 8 Persen

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level 8 persen dalam kurun waktu… Read More

20 hours ago

ICC Resmi Keluarkan Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant

Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More

1 day ago

Maximus Insurance Serahkan Polis Asuransi untuk Mahasiswa Unhas

Makassar – PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (Maximus Insurance) menyerahkan polis asuransi jaminan diri… Read More

1 day ago