Perbankan

Naik 44,7%, Maybank Indonesia Raup Laba Bersih Rp960 Miliar

Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia ) membukukan kinerja positif pada semester I/2023. Tercatat, laba setelah pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar Rp960 miliar naik 44,7% dari Rp663 miliar tahun lalu. 

Sedangkan Laba Sebelum Pajak (PBT), Bank mencatat kenaikan sebesar 34,1% menjadi Rp1,27 triliun di semester I-2023 dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama yakni sebesar Rp944 miliar.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, perseroan kembali mencatatkan kinerja positif dalam laporan keuangan semester pertama tahun 2023 dengan peningkatan pendapatan bank dan kualitas aset yang semakin membaik.

“Perekonomian di Indonesia masih terus bertumbuh dan secara bertahap kembali ke level pra-pandemi, ditandai dengan iklim bisnis yang membaik serta pergerakan pasar yang stabil, ” kata Taswin dikutip 1 Agustus 2023.

Berdasarkan laporan keuangan, Taswin menjelaskan, Net Interest Income (NII) Maybank Indonesia tumbuh sebesar 6,7%. Kenaikan ini didukung oleh Net Interest Margin (NIM) yang naik 41 bps menjadi 5,1% seiring dengan meningkatnya kredit dan membaiknya komposisi aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Baca juga: Perkuat Pertahanan Siber, Maybank Gelontorkan Capex IT Rp2 T

Adapun pendapatan Fee-based tumbuh 25,6% menjadi Rp1,10 triliun dari Rp872 miliar. Kondisi lantaran pendapatan fees transaksi Global Market yang melonjak sebesar 239,3% menjadi Rp182 miliar dari Rp54 miliar tahun sebelumnya. 

“Peningkatan ini didukung pergerakan suku bunga yang stabil dan prospek pasar yang positif serta kinerja layanan valas yang terus membaik. Di samping itu, Bank mencatat pendapatan fees di luar Global Market yang tumbuh 11,6% menjadi Rp913 miliar dari Rp818 miliar, didukung pendapatan asset recovery fees (Bank saja) yang naik lebih dari 7 (tujuh) kali menjadi Rp241 miliar serta fees terkait bisnis pembiayaan (kredit) dan ritel,” terangnya.

Pada semester pertama 2023, total kredit Bank meningkat 2,9% menjadi Rp109,97 triliun dari Rp106,81 triliun, seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong peningkatan konsumsi dan daya beli masyarakat. 

Bank mencatat kredit CFS Ritel dan Non-ritel tumbuh 7,2% menjadi Rp69,42 triliun dari Rp64,73 triliun, didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel yang signifikan sebesar 15,4% menjadi Rp41,49 triliun dari Rp35,95 triliun. 

Peningkatan kredit CFS Ritel tersebut didukung oleh pertumbuhan pembiayaan otomotif anak perusahaan sebesar 25,8% untuk kredit kendaraan roda dua dan 28,0% untuk kendaraan roda empat, serta pertumbuhan bisnis Kartu Kredit & KTA sebesar 21,8% dan KPR sebesar 1,8%. 

Kredit CFS Non-ritel mengalami penurunan sebesar 2,9% disebabkan segmen Business Banking turun 6,8%, diikuti segmen kredit Usaha Kecil Menengah (diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+) yang turun 4,0%. 

Meski begitu, segmen Business Banking mampu mencatat pertumbuhan sebesar 2,7% Q-o-Q didorong oleh komitmen-komitmen baru dengan pricing yang lebih kompetitif. 

Sementara itu, kredit segmen Retail Small-Medium Enterprise (RSME) masih terus melanjutkan momentum pertumbuhannya dengan mencatat kenaikan sebesar 1,3% menjadi Rp12,70 triliun dari Rp12,54 triliun sehubungan dengan diberlakukannya program retensi pada segmen tersebut. 

Dari sisi kredit korporasi, segmen Global Banking turun 3,7% menjadi Rp40,55 triliun, namun segmen ini bertumbuh positif sebesar 3,2% Q-o-Q. Bank berupaya agar momentum pertumbuhan segmen Global Banking dapat terus berlanjut pada kuartal-kuartal berikutnya. 

Pada periode yang sama, total simpanan nasabah Maybank Indonesia mencapai Rp110,38 triliun, turun 1,1% dari Rp111,66 triliun, disebabkan terutama oleh simpanan CASA yang turun 2,7%. Simpanan Deposito Berjangka tercatat naik 0,4% dan bertumbuh secara signifikan sebesar 13,8% Q-o-Q.

Hingga Juni 2023, bank mencatatkan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) bank only pada posisi positif sebesar 84,9%. Sementara rasio kewajiban pemenuhan kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) bank only tercatat sebesar 168,8%, berada di atas minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.

Posisi permodalan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat 28,6% pada Juni 2023. Total modal tercatat sebesar Rp 29,27 triliun pada akhir Juni 2023.

Sedangkan kinerja Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia pada semester I-2023 mencatatkan peningkatan PBT yang signifikan sebesar 179,0% menjadi Rp346 miliar dari Rp124 miliar. 

Pendapatan imbal hasil setelah distribusi bagi hasil (Net Finance Income) Unit Usaha Syariah meningkat 7,5% dan pendapatan Fee-based tumbuh sebesar 16,3%. Pendapatan operasional sebelum provisi tercatat membaik sebesar 5,2% menjadi Rp402 miliar dari Rp382 miliar tahun lalu. 

Pencadangan provisi menurun seiring dengan langkah proaktif Unit Usaha Syariah dalam mengelola pencadangan selama beberapa tahun ke belakang yang berkontribusi kepada peningkatan PBT.

Baca juga: OJK Dukung Penempatan DHE di RI, Ini Manfaatnya ke Perbankan 

Total pembiayaan Unit Usaha Syariah tumbuh 1,8% menjadi Rp26,51 triliun dengan pertumbuhan utamanya pada segmen pembiayaan SME dan ritel. Aset Unit Usaha Syariah meningkat 5,2% menjadi Rp43,29 triliun sehingga berkontribusi kepada total aset Bank (Bank saja) sebesar 28,2% yang merupakan porsi aset Syariah tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan tingkat rata-rata Perbankan Nasional yang mencapai sekitar 7%. 

Bank senantiasa menerapkan strategi ‘Shariah First’ dan Leverage Model untuk memperluas jangkauan solusi Syariah. Strategi ini telah memberikan kontribusi yang signifikan pada bisnis Unit Usaha Syariah. 

Total simpanan nasabah Unit Usaha Syariah tumbuh 14,1% menjadi Rp36,03 triliun dari Rp31,58 triliun tahun lalu. Peningkatan juga terjadi pada CASA yang tumbuh 31,0% menjadi Rp15,60 triliun dari Rp11,91 triliun dengan persentase yang lebih tinggi pada Giro sebesar 59,4% dan Tabungan sebesar 13,3%. 

Deposito Berjangka tumbuh 3,8%, didorong oleh Rasio CASA Unit Usaha Syariah meningkat 43,3% dibandingkan dengan 37,7% pada semester pertama 2022. 

Rasio Non Performing Financing (NPF) tercatat membaik menjadi 2,6% (gross) dan 2,0% (net) pada Juni 2023 dari 2,9% (gross) dan 2,3% (net) pada Juni 2022. (*)

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Per September 2024, Home Credit Membantu Distribusi Produk Asuransi ke 13 Juta Nasabah

Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More

6 hours ago

Berkat Hilirisasi Nikel, Ekonomi Desa Sekitar Pulau Obin Tumbuh 2 Kali Lipat

Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More

6 hours ago

Menkop Budi Arie Dukung Inkud Pererat Kerja Sama dengan Cina-Malaysia di Pertanian

Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More

6 hours ago

Ajak Nasabah Sehat Sambil Cuan, BCA Gelar Runvestasi

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More

7 hours ago

IHSG Ambles hingga Tembus Level 7.200, Ini Tanggapan BEI

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

7 hours ago

BEI Gelar CMSE 2024, Perluas Edukasi Pasar Modal ke Masyarakat

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More

8 hours ago