Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI hingga kuartal I 2024 berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp5,33 triliun atau tumbuh 2 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Raihan laba bersih BNI tersebut ditopang oleh kredit yang tumbuh 9,6 persen yoy secara konsolidasi atau sebesar Rp695,16 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp634,3 triliun.
Kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta sebesar Rp272,1 triliun atau tumbuh 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
BNI juga mencatat penyaluran kredit ke BUMN sebesar Rp102,7 triliun atau tumbuh 23 persen dibandingkan kuartal I 2023.
Pada segmen kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya) juga tumbuh 10,3 persen yoy menjadi Rp60,1 triliun. Adapun Kredit Tanpa Agunan tumbuh 17 persen yoy menjadi Rp52,1 triliun. Sementara itu, pertumbuhan Kartu Kredit juga mencapai 10,4 persen yoy menjadi Rp14,2 triliun.
Baca juga: BCA Bukukan Laba Bersih Rp12,9 Triliun di Kuartal I-2024, Tumbuh 11,7 Persen
“Dengan pertumbuhan kredit pada kuartal I 2024, BNI membukukan pendapatan bunga Rp15,87 triliun, tumbuh 7,2 persen yoy dari sebelumnya sebesar Rp14,8 triliun, yang didorong oleh kinerja fungsi intermediasi yang sehat,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam Konferensi Pers BNI Kuartal I 2024, Senin, 29 April 2024.
Pertumbuhan yang kuat ini juga didukung oleh perbaikan kualitas aset dengan Non Performing Loan (NPL) gross yang turun dari 2,8 persen pada kuartal I 2023 menjadi 2,0 persen pada kuartal I 2024. Hal ini diikuti pula dengan credit cost yang juga menurun 40 basis poin yoy menjadi 1,0 persen pada kuartal I 2024.
“Peningkatan kualitas aset tetap menjadi fokus, yang diharapkan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi, dan suku bunga,” paparnya.
Selain pertumbuhan bisnis yang sehat, perusahaan juga mampu meningkatkan pendapatan non bunga berupa fee-based income dan loan recovery pada kuartal I 2024 mencapai Rp5,1 triliun atau tumbuh 15,9 persen dari sebelumnya sebesar Rp4,4 triliun.
Dengan peningkatan ini, komposisi pendapatan non bunga telah berkontribusi sebesar 35 persen dari total pendapatan BNI pada kuartal I 2024, terutama berasal dari fee income surat berharga dan fee dari bisnis sindikasi.
Royke juga menegaskan, perseroan terus melanjutkan transformasi perusahaan yang sudah berjalan selama tiga tahun agar mampu memberikan tingkat profitabilitas yang kuat dan sehat dalam jangka panjang.
Baca juga: Naik 7,4 Persen, BTN Raup Laba Bersih Rp860 Miliar di Kuartal I 2024
“Fundamental BNI semakin sehat dan kuat berkat program transformasi yang menjadi langkah besar kami untuk terus tumbuh dan berkembang serta beradaptasi terhadap tantangan di tingkat nasional dan global,” kata Royke.
Royke mengatakan, BNI berada di jalur yang tepat untuk mencapai aspirasi profitabilitas return on equity (ROE) hingga level 20 persen pada 2028 mendatang. Hal ini didasari oleh pertumbuhan aset yang stabil dan berkelanjutan dari segmen prospektif berisiko rendah serta kualitas aset yang semakin sehat.
“Dengan program transformasi ini, kami konsisten melakukanpeningkatan kapabilitas SDM dan optimalisasi teknologi sebagaifaktor enablers yang krusial. Kami yakin hal ini akan terus mendorong peningkatan produktivitas bisnis, efisiensi operasional, serta kontribusi perusahaan anak,” tutup Royke. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More