oleh Paul Sutaryono
Penulis adalah pengamat perbankan.
SALAH satu hasil disrupsi (disruption) adalah lahirnya perusahaan teknologi finansial (tekfin) atau financial technology (fintech) yang sekarang tumbuh bak cendawan di musim hujan. Banyak kalangan terkaget-kaget menghadapi kenyataan itu. Sejauh mana perusahaan modal ventura (venture capital company) mampu memanfaatkan peluang bisnis dengan lahirnya tekfin? Apa saja tantangan perusahaan modal ventura pada masa mendatang?
Apa itu disrupsi? Disrupsi adalah sebuah inovasi. Inilah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi berpotensi menggantikan teknologi lama yang serbafisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien juga lebih bermanfaat. Secara ringkas, disrupsi sama dengan inovasi sama dengan ancaman bagi incumbent (Rhenald Kasali, Disruption, 2017).
Kemudian, siapa mereka yang disebut petahana (incumbent) dalam persamaan disrupsi tersebut? Sudah barang tentu, mereka adalah sektor jasa keuangan, baik perbankan maupun nonperbankan. Katakanlah, bank, perusahaan pembiayaan (multifinance), asuransi, perusahaan modal ventura, pergadaian, perusahaan sekuritas, dan koperasi. Bahkan, semua sektor yang tidak sanggup mengubah model bisnis (business model) akan menghadapi tantangan disrupsi.
Mari kita cermati dulu kinerja perusahaan modal ventura. Statistik Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang terbit pada 19 September 2017 menunjukkan bahwa laba tahun berjalan perusahaan modal ventura menurun 1,69 persen dari Rp118 miliar per Agustus 2016 menjadi Rp116 miliar per Agustus 2017.
Namun, laba tahun berjalan dari Januari 2017 hingga Agustus 2017 (year to date) mengalami kenaikan yang luar biasa, yakni 728,57 persen dari Rp14 miliar menjadi Rp116 miliar. Demikian pula dengan kenaikan laba tahun berjalan bulanan (month to month) yang mencapai 19,59 persen dari Rp97 miliar per Juli 2017 menjadi Rp116 miliar per Agustus 2017. Artinya, kinerja perusahaan modal ventura terus mengalami perbaikan dari bulan ke bulan pada 2017.
Bagaimana kinerja perusahaan modal ventura dilihat dari beberapa rasio keuangan? Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO) tampak naik (memburuk) dari 96,26 persen per Agustus 2016 menjadi 97,70 persen per Agustus 2017. Data tersebut menyiratkan bahwa perusahaan modal ventura kurang efisien dan melewati ambang batas tingkat efisiensi 70%-80 persen. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - Terdakwa Harvey Moeis dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi pada penyalahgunaan izin usaha… Read More
Jakarta - PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta terus meningkatkan kapasitas tempat duduk untuk Kereta… Read More
Jakarta – Starbucks, franchise kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tengah diterpa aksi pemogokan massal… Read More
Jakarta - Dalam rangka menyambut Natal 2024, Bank Mandiri menegaskan komitmennya untuk berbagi kebahagiaan melalui… Read More
Jakarta – Sejumlah bank di Indonesia melakukan penyesuaian jadwal operasional selama libur perayaan Natal dan… Read More
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More