Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat emiten-emiten di sektor perbankan saat ini diprediksi masih akan stabil dan prospeknya pun dinilai masih menjanjikan. Oleh karenanya, investasi di instrumen reksa dana indeks sektor perbankan masih disarankan bagi para investor.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasikan reksa dana saham yang fokus pada saham-saham perbankan, yaitu Reksa Dana Indeks STAR Infobank15 yang tidak akan keluar dari saham perbankan karena mengacu pada indeks bank.
Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa hal itu didukung oleh pertumbuhan kredit di sektor perbankan yang masih akan sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) di kisaran 10-12 persen.
Baca juga: Sektor Perbankan Masih Jadi Pendorong Utama IHSG, Ini Buktinya
Lalu, untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan yang membaik pada Januari dan Februari 2024 yang masing-masing tumbuh sebesar 5,8 persen dan 5,7 persen.
“Rasio kredit terhadap simpanan loan to deposit ratio (LDR) juga masih relatif terjaga di bawah 85 persen, dan dengan tingkat kredit tidak lancar (NPL) yang juga masih rendah, ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit juga masih terbuka,” ucap Rully dalam Media Day di Jakarta, 23 April 2024.
Selain itu, ia menambahkan, kondisi tersebut merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang pro-growth, dengan pertumbuhan kredit pada Januari 2024 tercatat cukup tinggi mencapai 11,8 persen yoy, tertinggi pada hampir lima tahun terakhir.
“Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024 ini,” imbuhnya.
Meski begitu, Rully pun menilai risiko yang harus dimitigasi ke depan agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga adalah perbankan harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit mengingat kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak COVID-19 telah berakhir per 31 Maret 2024.
Baca juga: BEI Beberkan Peluang dan Tantangan Sektor Perbankan di 2024, Berikut Rinciannya
Rully menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan banyak tantangan yang salah satu tantangan terbesarnya adalah tingginya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
“Pergerakan rupiah dalam jangka menengah masih sangat sulit untuk diprediksi karena sangat dipengaruhi oleh isu global, bukan dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri. Tren pelemahan Rupiah lebih disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan the Fed yang kembali menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian pasar global,” ujar Rully.
Sehingga, sentimen global tersebut nantinya juga dapat berdampak kepada besarnya aliran modal asing keluar dari Indonesia dan dapat menyulitkan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (18/11) masih ditutup pada zona… Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat penermaan dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Oktober 2024 mencapai… Read More
Jakarta - Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More