Mirae Asset Proyeksi IHSG Akhir 2025 di Level 6.900, Ini Alasannya

Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup pada posisi 6.900 pada akhir tahun 2025.

Head of Research and Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa proyeksi itu sejalan dengan kondisi makroekonomi dan pasar modal pada semester II 2025 yang masih akan menantang.

Menurutnya, faktor utama yang menjadi tantangan salah satunya adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) yang mulai berlaku pada semester II 2025.

“Saat ini data dan peristiwa yang terjadi beragam (mixed) karena di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa sentimen positif yang membuatnya seimbang,” kata Rully kepada media usai kegiatan CSR dikutip, Senin, 4 Agustus 2025.

Baca juga: IHSG Sesi I Melemah ke 7.512, Ini Rinciannya dan Saham Sektor yang Masih Menguat

Rully menyebut, beberapa sentimen positif itu adalah direvisi positifnya pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan yang melebar.

Diketahui, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia baru direvisi naik oleh Lembaga Moneter Internasional (IMF) menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 2026, dari prediksi masing-masing sebelumnya pada level 2,8 persen dan 3 persen.

“Hal itu disebabkan penundaan berlakunya tarif perdagangan luar negeri AS sehingga negara-negara di dunia mendorong aktivitas ekspor-impornya di awal (front loading),” imbuhnya.

Baca juga: IHSG Dibuka Hijau, Naik 0,15 Persen ke Posisi 7.548

Lebih lanjut Rully menjelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan surplus perdagangan yang cukup tinggi, yaitu USD4,3 miliar pada Mei dan USD4,1 miliar pada Juni 2025.

Namun, dia memprediksi berlakunya tarif oleh Presiden AS Donald Trump akan membuat aktivitas perdagangan dunia akan terpengaruh signifikan, tidak terkecuali Indonesia.

Adapun dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) diprediksi masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan sekali lagi sebesar 0,25 persen. Kebijakan ini dinilai akan menguntungkan sektor emas dan perbankan.

Selain itu, instrumen obligasi juga berpotensi terdorong oleh pemangkasan suku bunga karena dapat menekan imbal hasil (yield) dan mendorong kenaikan harga instrumen surat utang. (*)

Editor: Yulian Saputra

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

2 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

2 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

3 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

4 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

4 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

5 hours ago