Ilustrasi: Pertumbuhan ekonomi Indonesia/Erman Subekti
Poin Penting
Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan perekonomian nasional dapat tumbuh 5,3 persen pada 2026 dan 5,4 persen pada 2027, dengan inflasi stabil di kisaran 2,5 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah juga diproyeksikan menguat menuju Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir 2026, seiring melemahnya indeks DXY dan membaiknya koordinasi kebijakan fiscal moneter.
Chief Economist dan Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut didorong oleh stabilitas makro, penguatan konsumsi domestik, serta prospek komoditas yang masih konstruktif.
Baca juga: BSI Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,28 Persen di 2026: “Purbaya Efek” Jadi Fondasi
Ia menjelaskan sinergi yang semakin kuat antara kebijakan fiskal dan moneter, potensi penguatan rupiah, serta dorongan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi fondasi utama bagi sentimen pasar dan pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan.
“Sektor komoditas khususnya emas, batu bara, dan nikel diproyeksikan tetap memainkan peran strategis dalam menopang kinerja eksternal Indonesia dan memberikan peluang investasi bagi pelaku pasar,” ucap Rully dalam Media Day di Jakarta, 4 Desember 2025.
Rully menambahkan bahwa kondisi global pada 2026 akan ditandai oleh perlambatan ekonomi Tiongkok, meningkatnya proteksionisme AS, serta berlanjutnya siklus pemangkasan suku bunga di negara maju.
Meski demikian, Indonesia dinilai tetap resilien karena ekspor komoditas utama termasuk emas, batu bara, dan ferroalloys masih menunjukkan ketahanan permintaan.
Sementara, Senior Research Analyst Mirae Asset, Farras Farhan memaparkan pada 2026 akan menjadi tahun dengan divergensi yang sangat jelas antara komoditas utama.
Farras menjelaskan emas diperkirakan tetap menjadi aset unggulan, dengan harga yang berpotensi bertahan di atas USD4.000 per ons. Kenaikannya ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, permintaan bank sentral global yang terus meningkat, serta pemulihan arus masuk ETF.
“Emas menjadi aset yang paling defensif dan atraktif tahun depan, sementara batu bara tetap solid dari sisi arus kas dan nikel menghadapi proses penyesuaian pasar yang panjang,” ujar Farras.
Baca juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5,2 persen di 2026
Selain komoditas, Mirae Asset juga melihat prospek positif pada sektor konsumsi, telekomunikasi, dan infrastruktur digital.
Perluasan program MBG diperkirakan meningkatkan permintaan protein dan produk Fast-Moving Consumer Goods FMCG, sementara tren penurunan suku bunga membuka peluang re-rating pada sektor menara telekomunikasi dan jaringan fiber. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More
Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More
Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More
Poin Penting Pertamina EP memperkuat praktik keberlanjutan dan transparansi, yang mengantarkan perusahaan meraih peringkat Bronze… Read More