Jakarta – Milenial mulai melirik fintech untuk investasi di bidang properti. Direktur Utama dan Co-Founder Gradana Angela Oetama, fintech yang bergerak di bidang properti, mengungkapkan alasan-alasan yang menyebabkan milenial mulai beralih dari investasi properti tradisional ke fintech.
Angela menyebutkan ada beberapa perbedaan antara Fintech P2P dan Bank Mortgage. Menurutnya, berdasarkan jangka waktunya, tenor P2P cenderung lebih cepat yakni hanya 24 bulan dan 36 bulan. Sementara bank mortgage memerlukan waktu yang lebih lama.
“Milenial ini menyukai segala sesuatu yang cepat dan transparan. Gradana menawarkan customer experience yang berbeda seperti, transparansi dan kecepatan proses,” ujar Angela di acara 3rd Indonesia Mortgage Forum, Kamis, 17 Oktober 2019.
Selain itu, Angela menyebutkan bahwa investasi properti tradisional memang aman namun memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah modal yang besar. Sebagian milenial harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mulai berinvestasi dalam properti. Sedangkan, sebagian lainnya tak memiliki modal untuk berinvestasi.
Oleh karena itu, fintech mulai menjadi pilihan yang menarik bagi milenial karena mereka dapat mencicil untuk mendapatkan modal tersebut. Angela mengatakan, bahwa salah satu alasan mengapa customer memilih Gradana adalah karena uang muka. Gradana memberikan pinjaman untuk kebutuhan cicilan uang muka (DP) rumah.
“Down Payment yang harus dibayarkan customer cukup tinggi sekitar 20 persen. Dengan Gradana, customer dapat mencicil DP tersebut. Intinya problem yang kita solved adalah DP ini. Customer tak perlu repot-repot menabung dulu untuk membeli propertinya,” pungkas Angela. (*) Evan
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More