Moneter dan Fiskal

Meski Naik Turun, Bos BI Pede Rupiah Bakal Berada di Bawah Rp16.000 per Dolar AS

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini nilai tukar rupiah akan menguat. Bahkan, bisa berada pada level di bawah Rp16.000 per dolar AS (Amerika Serikat), meski saat ini berdasarkan data dari Boomberg pada Kamis (20/6/2024) pukul 14.53 WIB, rupiah berada di level Rp16.430.

Dia menjelaskan optimisme nilai rupiah menguat dipengaruhi oleh fundamental perekonomian Indonesia yang kuat. Yakni, tingkat inflasi di dalam negeri terjaga rendah, yakni 2,8 persen dibandingkan dengan AS dan negara maju lainnya yang masih tinggi.

Kemudian juga, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi pada level 5,11 persen di kuartal I 2024. Serta, current account Indonesia masih surplus dan defisit rendah di angka 0,1-0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Bos Apindo: Situasi Tak Kondusif bagi Ekonomi Nasional

“Kami yakini jika liat fundamental kita rupiah bisa lebih rendah dari Rp16.000 per dolar AS,” kata Perry dalam Konferensi Pers RDG, Kamis 20 Juni 2024.

Selain itu, mulai adanya kepastian dari The Fed yang memberi sinyal untuk menurunkan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) di akhir tahun tahun ini.

Perry juga menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yakni adanya sentimen ketidakpatian global yang terjadi setiap waktu.

“Apakah BI masih yakini rupiah menguat? Yes, fundamental akan menguat tapi dari gerakan bulan ke bulan, faktor informasi dan sentimen akan membuat volatilitas naik turun,” paparnya.

Baca juga: Bos BI Beberkan Biang Kerok Rupiah Tertekan

Adapun, BI terus melakukan intervensi dengan memperkuat operasi moneter yang pro market, sehingga BI akan mengoptimalkan penggunaan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan menarik lebih banyak aliran modal asing.

“Jangka pendeknya naik turun (rupiah) dan kita lakukan intervensi dan kita optimalkan SRBI untuk menarik inflow. Dan dengan Juli dan seterusnya demand for koproasi mulai menurun, itu mendukung rupiah tentu saja akan relatif stabil, tren menguat? Yes, jangka pendeknya stabil dan itu adalah yang kita lakukan,” tukasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Pendapatan MNC Digital (MSIN) Rp2,30 T di September 2024, Laba Bersih Naik Signifikan

Jakarta - PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN), anak perusahaan dari PT Media Nusantara Citra… Read More

2 hours ago

Krisis Daya Beli: Masyarakat Tetap Prioritaskan Kebutuhan Makanan

Jakarta - Penurunan jumlah kelas menengah dan daya beli masyarakat belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di… Read More

2 hours ago

Prabowo Terima Surat Kepercayaan 7 Dubes Negara Sahabat, dari Eropa-Asia Tengah

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menerima surat kepercayaan dari tujuh Duta Besar Luar Biasa dan… Read More

3 hours ago

Unilever Food Solutions Perkenalkan 5 Tren Kuliner 2024 untuk Bisnis Horeka di Indonesia

Jakarta – Unilever Food Solutions (UFS), perusahaan penyedia layanan makanan profesional, memperkenalkan lima tren kuliner… Read More

3 hours ago

BCA Umumkan Penerima Hadiah Program Gebyar Badan Usaha 2024

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja memberikan sambutan saat acara pengumuman… Read More

4 hours ago

SuperApp BYOND by BSI Siap Meluncur Layanan Makin Lengkap, Lebih User Friendly, Semakin Aman

Suasana saat konferensi pers Pre-Grand Launching BYOND by BSI, di Jakarta. Karyawan tengah menunjukan SuperApp… Read More

4 hours ago