Bambang Brodjonegoro; Pencairan anggaran lebih baik. (Foto: Erman Subekti).
Tren pelambatan ekonomi nasional dianggap sebagai indikasi bahwa negara terlambat melakukan antisipasi dalam jangka panjang. Rezkiana Nisaputra
Jakarta–Kondisi perekonomian nasional yang tengah melambat, dimana pada kuartal II-2015 ekonomi hanya mampu tumbuh 4,67%, merupakan dampak dari anjloknya harga komoditas unggulan, sehingga berpengaruh kepada tingkat ekspor Indonesia.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai, Indonesia terlambat mengantisipasi pelemahan ekonomi yang saat ini tengah bergerak menuju batas bawah. Menurutnya, harga komoditas yang saat ini menurun, telah berdampak signifikan pada kinerja ekspor.
“Yang namanya kondisi ekonomi secara umum itu ada siklusnya, pengusaha tahu persis itu, suatu saat kita bisa di atas tapi kita bisa juga di bawah, salah satu yang muncul itu adalah business circle. Kita sering terlambat antisipasi,” ujarnya di Jakarta, Senin, 7 September 2015.
Dia mengungkapkan, bahwa saat ini siklus ekonomi Indonesia sedang menuju di batas bawah, setelah negara terlena dengan tingginya harga komoditas. “Saat harga komoditas tinggi, semua main di komoditas. Padahal ada bom waktu, karena akan berada di bawah,” tukas Bambang.
Lebih lanjut Bambang mengatakan, tren pelambatan ekonomi nasional dinilai sebagai indikasi, bahwa negara terlambat melakukan antisipasi dalam jangka panjang, ketika dinamika ekonomi menuju tren positif. Padahal, seharusnya, Indonesia dapat mengantisipasinya lebih awal.
“Saat harga batubara naik, semua masuk ke bisnis batubara. Padahal, harga itu tidak akan bertahan selamanya di atas. Contoh, saat harga minyak di atas US$100/barel, siapa yang menyangka akan ke harga US$40/barel,” ucapnya.
Dia menambahkan, tren pelambatan ekonomi nasional juga dipengaruhi oleh lemahnya fundamental di dalam negeri. “Kita jangan lagi terbuai dengan situasi yang jangka pendek, tapi harus jangka panjang. Fundamental kita lemah, karena selama ini orientasi kita jangka pendek,” tegasnya.
Namun demikian, kata Bambang, kondisi perekonomian Indonesia secara makro, masih dalam kategori yang tidak dalam posisi krisis. “Kita perlu ingat, saat ini kita jangan terbuai dengan gejala ekonomi yang sifatnya situasional dan temporer,” tutupnya. (*)
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More