Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat mengisi acara Media Gathering Kemenkeu 2025 via telekonferensi, di Novotel Bogor, Jawa Barat, Jumat, 10 Oktober 2025. (Foto: Julian)
Jakarta – Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat disiplin fiskal dengan mengurangi penarikan utang baru dan memperketat kontrol terhadap belanja negara. Hal ini ditegaskan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam pernyataan terbarunya, menyikapi kekhawatiran publik atas posisi utang pemerintah.
“Kita akan coba mengurangi penarikan utang, semaksimal mungkin, seoptimal mungkin. Dalam artian begini, kalau saya utang pun, itu pemakaiannya harus maksimal, tidak boleh ada kebocoran, dan harus mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan seoptimal dan semaksimal mungkin,” kata Purbaya, dalam telekonferensi dengan para wartawan di acara Media Gathering Kemenkeu, di Bogor, Jumat, 10 Oktober 2025.
Ia juga menambahkan bahwa langkah efisiensi belanja negara akan terus diperkuat. Pemerintah tidak akan memangkas program strategis, tetapi akan mengeliminasi anggaran untuk program-program yang dinilai tidak efisien.
“Bukan berarti saya memotong program pemerintah, tetapi saya memotong program-program yang tidak efisien, yang hanya memboroskan uang negara, yang sebagian tadi diperoleh dari utang. Jadi akan kita membangun, menciptakan belanja yang lebih bertanggung jawab ke depan,” tegasnya.
Baca juga: Dana Pemerintah Rp200 Triliun Terserap 56 Persen, Purbaya Optimistis Ekonomi Pulih
Sebelumnya, Direktur Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Suminto melaporkan, realisasi utang pemerintah pusat per Juni 2025 mencapai Rp9.138,05 triliun, atau setara 39,68 persen terhadap PDB per kuartal II/2025.
Meski terjadi penurunan sebesar 0,43 persen secara bulanan dari posisi Mei 2025 yang sebesar Rp 9.177,48 triliun, namun rasio utang Indonesia secara tahunan tercatat sedikit meningkat dibandingkan Juni 2024 yang sebesar 39,81 persen.
Baca juga: Utang Luar Negeri RI Turun USD1,6 Miliar di Juli 2025, Sisanya Tinggal Segini
Suminto menegaskan bahwa rasio utang Indonesia masih berada di level moderat jika dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN, termasuk Malaysia.
“Rasio utang 39,86 persen suatu level yang cukup rendah, cukup sedang (moderat) dibanding banyak negara, termasuk negara tetangga,” kata Suminto dalam acara yang sama. (*)
Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More
Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More
Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More
Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More