Moneter dan Fiskal

Menkeu: APBN Masih Miliki Ruang Atasi Gejolak Global

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menegaskan, kondisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hingga akhir April 2018 masih memiliki ruang yang cukup untuk merespons gejolak ekonomi global.

“Kami terus menjaga, agar pemerintah memiliki instrumen apabila diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian eksternal,” ujarnya di Jakarta, Senin, 28 Mei 2018.

Lebih lanjut dirinya menilai, bahwa kondisi APBN 2018 hingga akhir April tahun ini mencatatkan kinerja yang sangat sehat dan cukup kuat. “Kebijakan fiskal akan kami jaga secara hati-hati, agar tetap efektif,” ucapnya.

Dia merincikan, adapun langkah untuk menjaga efektivitas dan efisiensi APBN 2018, pemerintah akan menjaga pelaksanaannya agar tetap kredibel dan memperkuat kesehatan APBN dalam upaya menjaga ruang fiskal yang memadai.

“Dengan demikian, instrumen fiskal juga bisa diandalkan. Nanti, juga bersama Bank Indonesia (BI) dan OJK untuk menjaga stabilitas dari sisi pembangunan ekonomi,” paparnya.

Menkeu menyebutkan, bahwa pemerintah bersama regulator terkait yakni BI, OJK, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkomitmen akan meningkatkan bauran kebijakan antar instansi maupun masing-masing instansi.

Baca juga: Realisasi APBN Masih Jauh dari Asumsi Makro

Kekuatan fundamental ekonomi Indonesia, kata dia, tercermin dari pertumbuhan ekonomi Kuartal I-2018 sebesar 5,06 persen dan inflasi 3,41 persen (yoy). “Inflasi masih tetap rendah dan masih pada kisaran yang dikomunikasikan BI dan diasumsikan di APBN,” jelasnya.

Dia menilai, kenaikan defisit transaksi berjalan sesuai dengan pola musiman yang pada Kuartal I-2018 sebesar 2,1 persen dari PDB. “Defisit transaksi berjalan masih dijaga di 2,5 persen terhadap PDB pada 2018. Ini masih di bawah kisaran aman, yaitu 3 persen dari PDB,” tambah Menkeu.

Sementara itu dari sisi APBN, implementasi APBN 2018 sampai April tahun ini penerimaan pajak bertumbuh 14,9 persen dengan komponennya adalah PPN bertumbuh 14,1 persen dan PPh Badan bertumbuh 23,6 persen.

“PPh Badan pertumbuhannya tutup across the board merata di semua sektor, meskipun sektor tertentu menunjukkan lebih tinggi,” ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan, defisit fiskal hingga akhir April 2018 hanya sebesar 0,37 persen, sedangkan keseimbangan primer mencatatkan surplus Rp24,2 triliun atau jauh lebih tinggi dari periode akhir April 2017 yang hanya Rp3 triliun.

“Saat ini kami fokus mencari cara untuk mendorong efisiensi belanja negara, terutama belanja barang yang selama ini Presiden dan Wapres menekankan untuk kami melakukan penelitian lebih dalam terhadaa belanja yang tidak efisien,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Evelyn Halim, Dirut SG Finance, Raih Penghargaan Top CEO 2024

Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More

3 hours ago

Bos Sompo Insurance Ungkap Tantangan Industri Asuransi Sepanjang 2024

Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More

4 hours ago

BSI: Keuangan Syariah Nasional Berpotensi Tembus Rp3.430 Triliun di 2025

Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More

4 hours ago

Begini Respons Sompo Insurance soal Program Asuransi Wajib TPL

Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More

5 hours ago

BCA Salurkan Kredit Sindikasi ke Jasa Marga, Dukung Pembangunan Jalan Tol Akses Patimban

Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More

6 hours ago

Genap Berusia 27 Tahun, Ini Sederet Pencapaian KSEI di Pasar Modal 2024

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More

6 hours ago