Pasar Modal

Menilik Prospek Obligasi Korporasi di Tengah Suku Bunga Tinggi

Jakarta – Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate telah mencapai sebesar 5,75% pada Maret ini. Berdasarkan hal itu, Manulife Investment Management melihat suku bunga tersebut akan mendekati puncaknya dan dapat memengaruhi potensi pasar obligasi korporasi Indonesia.

Fixed Income Analyst Manulife Investment Management Doni Kuswantoro mengatakan, bahwa potensi pasar obligasi korporasi Indonesia akan tumbuh lebih baik menjelang puncak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

“Setelah puncak suku bunga tercapai, suku bunga komersial termasuk imbal hasil obligasi negara Indonesia diperkirakan akan menurun sehingga dapat mendorong penerbitan obligasi korporasi,” ucap Doni dalam risetnya dikutip, 29 Maret 2023.

Kemudian, kebutuhan untuk ekspansi dan refinancing di tengah terkendalinya tingkat inflasi dan membaiknya daya beli masyarakat akan menarik minat perusahaan menerbitkan obligasi.

“Apabila hal ini terealisasi, kami yakin bahwa investasi pada obligasi korporasi akan menghasilkan kinerja yang menarik seiring potensi penurunan suku bunga ke depannya,” imbuhnya.

Menurutnya, tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Surat Utang Negara membuatnya menjadi salah satu alternatif investasi pada kelas aset obligasi. Namun, obligasi korporasi memiliki risiko kredit dan likuiditas yang relatif lebih tinggi sehingga perlu dicermati.

“Untuk itu, prospek industri atau sektor dan kualitas kredit yang direpresentasikan dengan peringkat kredit (credit rating) menjadi pertimbangan awal dalam memilih obligasi korporasi guna memitigasi risiko kredit dari suatu penerbit obligasi,” ujar Doni.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi risiko likuiditas. Selain itu, investor juga dapat memilih penerbit obligasi yang cukup aktif di pasar surat utang (frequent issuer).

Adapun, Doni merekomendasikan penerbitan obligasi korporasi pada sektor keuangan karena dinilai masih mendominasi, seperti multifinance, bank, dan institusi keuangan non-bank.

Selain itu, sektor telekomunikasi baik penyedia jasa (telco provider) maupun perusahaan menara telekomunikasi juga merupakan frequent issuer di pasar obligasi korporasi Indonesia.

“Rekam jejak yang baik dari perusahaan-perusahaan pada sektor tersebut membuatnya dapat menjadi pilihan investasi di sektor riil non-keuangan,” tambahnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Tetap Beroperasi, Simak Jadwal LRT Jabodebek Selama Libur Lebaran 2025

Jakarta - LRT Jabodebek akan tetap melayani masyarakat selama libur Idul Fitri 2025. Untuk mendukung… Read More

2 days ago

Daftar 5 Saham Penopang Penguatan IHSG Sepekan

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan 24-27 Maret 2025 mengalami penguatan sebesar… Read More

2 days ago

Strategi Bank Mega Syariah Hadapi Lonjakan Transaksi Selama Lebaran

Jakarta – Bank Mega Syariah memastikan kesiapan layanan untuk memenuhi kebutuhan transaksi nasabah selama periode… Read More

2 days ago

Jelang Lebaran, Begini Gerak Saham Bank Indeks INFOBANK15 dalam Sepekan

Jakarta - Jelang libur panjang Nyepi dan Lebaran 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada… Read More

2 days ago

Hingga H-1 Lebaran, 3,4 Juta Tiket KAI Ludes Terjual

Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat tingginya animo masyarakat dalam menggunakan layanan kereta… Read More

2 days ago

Daya Beli Lesu, Ramadhan-Idul Fitri Dinilai Tak Mampu Dongkrak Ekonomi Kuartal I-2025

Jakarta - Center of Economic and Law Studies (CELIOS) memperkirakan perputaran uang selama Ramadan dan… Read More

2 days ago